- VIVA.co.id/Yunisa Herawati
VIVA – Puluhan bendera warna kuning dengan lambang pohon beringin warna hijau berkibar-kibar di pagar sebuah bangunan dua lantai di Jalan Antasari nomor 20, Jakarta Selatan. Di dalam gedung, sejumlah orang terlihat sibuk. Ada yang mencatat tamu yang datang dan da yang berjaga-jaga. Ada pula yang tengah berdiskusi di salah satu ruangan. Sisanya tampak sedang mengepak kaos, topi warna kuning, dan sejumlah atribut lain.
Spanduk berukuran besar bergambar Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto dan ayahnya, Soeharto terpasang di dinding ruangan. Bangunan berdinding kuning ini merupakan kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Beringin Karya atau lebih dikenal Partai Berkarya.
Sabtu, 17 Februari 2018 menjadi hari yang bersejarah bagi partai ini. Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan partai yang lambangnya mirip Partai Golkar ini lolos verifikasi dan berhak ikut Pemilu dengan nomor urut tujuh. Wajah Sekjen Partai Berkarya, Badaruddin Andy Picunang dan puluhan kolegannya yang memadati Hotel Grand Mercure Harmoni, Jakarta terlihat semringah mendengar pengumuman tersebut.
Bersama 13 partai lain, partai besutan Tommy Soeharto ini lolos menjadi salah satu peserta Pemilu 2019. Siang itu, Kamis, 22 Februari 2018, Partai Berkarya hendak mendistribusikan logistik partai ke pengurus di daerah. Juga sedang menyiapkan rapat.
Partai Berkarya mengikuti verifikasi Komisi Pemilihan Umum
Kembali ke Gelanggang
Lahirnya Partai Berkarya tidak bisa dilepaskan dari sosok Tommy Soeharto. Anak kelima dari almarhum mantan Presiden Soeharto ini menjadi orang yang disebut-sebut berperan besar di balik pendirian partai ini. Bersama Tommy ada Neneng A Tuty yang menjabat sebagai ketua umum dan Badarudin Andy Picunang sebagai sekretaris jenderal.
Sebelumnya, Tommy aktif di Partai Golkar menjadi anggota dewan pembina. Namun, posisi itu tidak cukup memberinya kesempatan untuk berbuat banyak dan eksis. "Maka saya dan Pak Tommy, dan juga Pak Badarudin dari Beringin Karya bergabung membentuk Partai Berkarya ini," ujar Neneng A Tuty saat VIVA berkunjung ke kantor DPP Berkarya, Kamis 22 Februari 2018.
Neneng menuturkan, embrio Partai Berkarya adalah Partai Nasional Republik atau Nasrep. Partai pimpinan Tommy ini tak lolos sebagai peserta Pemilu 2014. Partai besutan Tommy ini akhirnya digabungkan dengan Partai Beringin Karya agar bisa lolos. Jaringan Partai Nasional Republik menjadi alas. Sementara untuk pendaftaran di Kementeraian Hukum dan HAM mereka menggunakan nama Partai Berkarya.
"Jadi ada beberapa sih yang gabung di sini, ada beberapa dari Beringin Karya yang gabung, seperti Pak Sekjen kita Pak Badarudin, akhirnya kita bareng-barenglah," ujar Neneng menambahkan.
Tak heran, bila Tommy dipercaya untuk mengemban dua jabatan yang cukup prestisius sekaligus. Pertama adalah Ketua Majelis Tinggi Partai, dan kedua, Ketua Dewan Pembina.