SOROT 496

Bioskop dalam Genggaman

Pengunjung memilih film bioskop melalui video streaming di salah satu penyedia layanan Video on Demand di Jakarta.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Temaram lampu mobil Elf tua, angkutan umum jurusan UKI-Cibubur selalu kalah dari cahaya layar ponsel para penumpangnya tiap malam. Ada yang chatting, stalking, sampai streaming.

Spotify Umumkan PHK 1.500 Karyawannya

Seorang perempuan di depan saya, misalnya. Bukan sedang chatting maupun stalking, perempuan itu tampak asyik dengan earphone yang terpasang di telinganya. Sesekali dia bahkan senyum-senyum sendiri, menatap ponsel yang digenggam dalam posisi horizontal. Penumpang lain yang duduk berjarak dua orang dari saya, pun terlihat melakukan hal yang sama, menonton video dalam genggaman.

Bukan hanya di mini bus ini saja, pemandangan serupa kerap terlihat di area publik lain, misalnya di kereta, bus TransJakarta, stasiun, halte, kafe, dan lainnya. Menariknya, orang-orang ini larut dalam konten yang ternyata bukan sekadar video singkat semenit dua menit saja, melainkan film dan serial baik lokal, Hollywood, maupun Asia yang berdurasi setidaknya sekitar 30 hingga 120 menit per video.

Sukses di Layar Lebar, The Nun 2 Kini Mulai Bisa Ditonton Kapan Saja

Tiara Sutari, salah satunya. Kepada VIVA, Kamis, 12 April 2018, karyawan swasta ini mengaku memang sering menonton lewat ponsel, terutama untuk mengikuti cerita drama Korea.

"Biasanya kalau lagi nunggu angkutan umum bisa sambil nonton. Atau kalau lagi ada dinas di luar kota atau luar negeri, saya bosan di hotel dengan tayangan TV kabel, saya manfaatkan nonton serial via streaming," kata perempuan 23 tahun tersebut.

NASA Luncurkan Layanan Streaming Gratis, Bisa Nonton Apa Saja?

Konsumsi Video Streaming Meningkat - Sorot Fenomena Layanan Bioskop Online

Seorang wanita menikmati film bioskop melalui video streaming penyedia layanan Video on Demand di Jakarta. (VIVA/Muhamad Solihin)

Menonton lewat ponsel sebenarnya bukan barang baru di Indonesia. Aktivitas ini sudah ramai seiring era smartphone bersistem Android dan iOS, serta kecepatan internet semakin berkembang cepat satu dekade ke belakang. 

Lagipula, layanan streaming tak lagi sebatas YouTube, DailyMotion, Vimeo, atau situs-situs sejenis penyedia video lainnya. Video on Demand (VOD) jadi tren menikmati tontonan saat ini.

Tidak seperti menonton televisi yang jadwal siaran programnya sudah ditentukan, VOD memungkinkan kita, para penonton, memilih konten video yang diinginkan. Seperti terhadap Tiara, tren VOD mengubah kebiasaan menonton di berbagai belahan dunia.

Berdasarkan hasil survei online Nielsen di 61 negara yang dirilis pada 16 Maret 2016 lewat situs resminya, nielsen.com, hampir dua per tiga atau 65 persen dari responden globalnya mengatakan, mereka memang menonton program dari layanan streaming VOD ini, baik konten panjang maupun pendeknya. Survei ini dilakukan pada lebih dari 30 ribu online konsumen dari Asia Pasifik, Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah/Afrika, dan Amerika Utara.

Generasi Z (usia 15-20) dan Milenial (usia 21-34) menjadi kelompok usia yang paling banyak menggunakan layanan berbayar ini, yakni sama-sama sebanyak 31 persen. Disusul kemudian Generasi X (usia 35-49) dengan 24 persen, Baby Boomer (usia 50-64) 15 persen, dan Generasi Silent (di atas 65 tahun) sebanyak 6 persen.

Lalu, mengapa layanan VOD kini booming di Indonesia? Apa serunya dan benarkah jadi ancaman bagi industri bioskop dan layanan televisi berbayar? 

Layanan Streaming CATCHPLAY+ dan XL Axiata

Layanan Streaming Kini Semakin Murah, Hadirkan Paket Bundling Seharga Rp4.100

Nonton film adalah satu hobi yang menyenangkan untuk sebagian besar masyarakat di Indonesia. Karena itu, mereka kerap mencari layanan streaming yang murah dan terjangkau.

img_title
VIVA.co.id
13 Desember 2023