SOROT 540

Berebut Suara Alumni

sorot alumni ui jokowi
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA – Ferlita Sari akhirnya memilih speak up. Ia memutuskan bergabung di acara Alumni UI dukung Jokowi-Ma'ruf Amin yang digelar di Gelora Bung Karno pada Sabtu, 12 Januari 2019. Bersama suami dan adik perempuan yang juga alumni UI dan ribuan alumni lainnya, Ferli ikut memberikan dukungan.

Viral Tagar #JanganJadiDosen, ADI Ingatkan Pentingnya Kesejahteraan Tenaga Pengajar

Ia ikut mengenakan kaus berwarna kuning hitam dengan tulisan "Alumni UI Dukung Jokowi." Mengangkat jari telunjuk tinggi-tinggi sebagai simbol dukungan pada paslon nomor 01, juga bertepuk tangan riuh ketika Presiden Jokowi datang dan memberikan sambutan.

"Saya termasuk yang terakhir memutuskan untuk bergabung dalam acara tersebut. Saya memang dukung Jokowi, tapi selama ini merasa tak terlalu perlu untuk menyatakan dukungan secara terang-terangan," ujarnya kepada VIVA, Jumat, 15 Februari 2019.

Sosok Sarjiya, Guru Besar UGM yang Sampaikan Maaf kepada Adiknya

Ferli mengaku tak tahan lagi. Baginya, melihat Jokowi sudah kerja setengah mati, tapi terus dihina dicaci, lama kelamaan ia tak tega. "Gila, orang segini kerasnya bekerja. Kok malah dihabisi karakternya. Kalau enggak sempurna ya pastilah. Kalo ditanya niatnya Jokowi pencitraan atau apa, ya enggak ada yang tau. Tapi, emang penting urusan niat? Niat mah urusan manusia dan Tuhan. Urusan dengan semesta mah manfaat atau tidak. Wong sedekah aja boleh disembunyikan dan boleh dinyatakan kok," ujarnya beralasan mengapa akhirnya ia tampil terang-terangan dan memberi dukungan.

sorot alumni ui jokowi

Dukung Pemilu Damai, Rudyono: Tidak Boleh Ada Keikutsertaan secara Negatif Atas Nama Kampus

Jokowi hadir dalam deklarasi alumni UI yang mendukung paslon 01

Perempuan yang berprofesi sebagai trainer dan coach itu mengaku menyadari dampak dari keputusannya untuk membuka diri soal dukungan pada Pilpres 2019. Ia tahu, ia bisa saja kehilangan teman atau klien. Tapi ia siap menerima konsekuensi, dan kesiapan itu membuat Ferli bersedia hadir dengan suka rela dan melebur dengan ribuan alumni Universitas Indonesia di Gelora Bung Karno. "Sudah waktunya gue turun, memberi dukungan pada orang baik," katanya.

Selang dua minggu, setelah alumni UI deklarasi, giliran alumni perguruan tinggi se-nusantara mendeklarasikan dukungan mereka pada Prabowo-Sandi. Mengambil tempat di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah, ribuan alumni dari berbagai wilayah di Indonesia gegap gempita menyampaikan dukungan mereka untuk paslon nomor 02. 

Nuke, salah satu peserta yang hadir di acara itu adalah alumni dari kampus Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atau IISIP yang berlokasi di Jakarta Selatan. Ketika diwawancara VIVA, Nuke mengaku datang atas keinginan sendiri.

"Awalnya saya mendapat informasi dari teman satu angkatan di kampus. Karena memang ingin sekali dukung PAS, makanya saya hadir. Di sana saya jumpa dengan beberapa alumni yang sudah tergabung dalam KOALISI PADI, dari berbagai angkatan," ujar Nuke.

Nuke mengaku datang mendukung Prabowo-Sandi karena ingin pembaruan. Ia prihatin dengan kondisi pemerintahan skrg ini, dan berharap semoga kondisi ke depan lebih baik lagi. Ketika ditanya apa saja yang menjadi keprihatinannya, ia menyampaikan soal ketidakpastian hukum, dan janji-janji Jokowi diawal periode yang menurutnya belum signifikan terealisasi.

"Dengan hadir di sana, saya  dapat mendengar langsung semua visi misi Prabowo-Sandi, cita-cita mereka, dan kesungguhan niat mereka membawa negara RI ini ke arah yg lebih baik ke depannya," ujarnya menambahkan.

Ia berharap Prabowo-Sandi menang, sehingga ada perubahan yang bisa dirasakan. Nuke mengatakan, di acara tersebut ia bertemu dengan ratusan alumni dari kampus IISIP. "Dari seluruh angkatan sepertinya ada. Kami bersatu untuk kemenangan Prabowo-Sandi," katanya menegaskan.

sorot alumni perguruan tinggi prabowo Deklarasi alumni perguruan tinggi mendukung paslon 02

Aksi saling dukung antaralumni kampus ini juga diikuti oleh alumni sekolah menengah atas atau SMA. Gabriel Bobby, alumni SMA Negeri 1 Jakarta atau lebih terkenal dengan sebutan SMA 1 Boedoet, juga ambil bagian untuk mewujudkan aksi itu. Gabriel, bersama teman-temannya sesama alumni SMAN 1 Jakarta bergerak mewujudkan deklarasi alumni SMA se-Jakarta. Ia kebagian tugas sebagai Humas yang bertugas mengundang media dan menggemakan deklarasi ini. Lalu pada Minggu, 10 Februari 2019,  acara "Alumni SMA Jakarta Bersatu" yang digelar di Istora Senayan, Jakarta Pusat berhasil mengumpulkan ribuan orang dan mendeklarasikan dukungan pada Jokowi-Ma'ruf Amin.

Elly Purnama, alumni dari SMA Negeri 4 Jakarta Pusat mengaku sengaja datang dan memberikan dukungan untuk Jokowi. Elly berharap, Jokowi menang dan kembali memimpin negeri ini. Sederet alasan ia sampaikan, ia berusaha meyakinkan, Jokowi layak diberi kesempatan. 

Fenomena Baru

Dukungan alumni dari berbagai perguruan tinggi dan sekolah menengah tersebut menarik karena baru tahun marak terjadi. Mereka adalah bagian dari kelompok terdidik dan terpelajar yang selama ini memilih tak ikut arus dalam pergolakan politik yang kian memanas. Tapi di pemilu 2019 kelompok tersebut muncul dan tak ragu menyampaikan dukungan.

Jika selama ini mereka mendukung tanpa menyebut institusi pendidikan, dan hanya bersifat individual, tapi sekarang membawa nama kampus atau sekolah dirasa penting. Bukan hanya marak di Jakarta, aksi sporadis juga menyebar di berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Satu demi satu alumni perguruan tinggi mendeklarasikan diri, meski tak semeriah dan sebesar di Jakarta.

Akibat aksi saling dukung itu, polarisasi memang terjadi. Sebab tak semua alumni kampus satu suara memberi dukungan pada salah satu paslon. Contohnya alumni sekolah Pangudi Luhur, sekolah di mana Sandiaga Uno adalah alumninya. Dukungan dari alumni Pangudi Luhur jelas terbelah. Satu kelompok mendukung Jokowi-M'aruf Amin, kelompok lainnya mendukung Prabowo-Sandiaga. Dengan tagar #anakPLdukunganakPL. Pangudi Luhur termasuk salah satu sekolah Katolik bergengsi di Jakarta. Alumninya banyak memegang posisi penting di pemerintahan atau swasta. Biasanya mereka juga sangat kuat menjaga ikatan sesama alumni.

sorot alumni pangudi luhur jokowi

Deklarasi dukungan alumni Pangudi Luhur kepada Jokowi

Lembaga resmi yang menaungi alumni UI, Iluni UI, secara terbuka mengizinkan alumninya memberikan dukungan kepada salah satu paslon. Syaratnya, tak boleh menggunakan atribut resmi organisasi atau kampus. Ketua Iluni UI periode 2016-2019 Arief Budhy Hardono, menegaskan Iluni UI tetap netral. Alumni dari kedua kubu menyampaikan keinginan deklarasi, Iluni mengizinkan, tapi tak hadir secara organisasi. Bahkan Iluni menjaga jarak dengan kontestan pemilu.

Menurut Arif, Iluni punya cara sendiri untuk mendukung pemilu. Targetnya adalah membuat demokrasi yang berkualitas. "Tagline kita adalah demokrasi 2019 berkualitas, Indonesia naik kelas. Kalau Indonesia naik kelas seluruh warga bangsa yang jumlahnya 226 juta, akan naik kelas bukan hanya lokal regional tapi juga global," ujar Arief.

Guna mewujudkan itu, Iluni membuat enam pokja yang terus bekerja memberikan masukan kepada lembaga-lembaga resmi pengawal pemilu. Termasuk meminta alumni menuangkan ide-ide dan usulan mereka untuk kemajuan bangsa melalui proposal yang berkualitas.

"Bangsa ini terus bergerak maju. Harapannya siapapun yang terpilih, tulisan dari alumni UI bisa jadi masukan bagi lima tahun kepemimpinan nanti. Caranya adalah dengan mendukung konsep demokrasi yang berkualitas, mendukung KPU, mendukung Bawaslu, pengamat bahkan mendukung media. Media harus dilibatkan dalam sebuah konsep, karena media yang memberikan penerangan kepada seluruh masyarakat untuk ke satu tujuan demokrasi berkualitas indonesia naik kelas," tutur Arief menjelaskan.

Ketegasan sebagai organisasi alumni yang netral juga disampaikan Keluarga Alumni Gajah Mada atau Kagama. Paripurna Poerwoko Sugarda, Ketua II Pengurus Pusat Kagama yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor UGM Bidang Kerjasama dan Alumni menanggapi positif aksi saling dukung yang dilakukan alumni UGM. "Sejak awal sikap Kagama netral. Tapi kalau pakai nama sebagai alumni UGM ya bebas saja," ujarnya.

Ia memastikan, aksi dukung mendukung itu tak memberi dampak negatif pada organisasi. Kagama tetap solid dan netral, dan mengizinkan organisasi resmi itu digunakan sebagai kendaraan politik.

Dari kampus Universitas Trisakti, sikap netral menghadapi pemilu juga digaungkan. Ikatan Alumni Universitas Trisakti atau IKA USAKTI menegaskan sikap netral tersebut. Sekjend IKA USAKTI Achmad Kurniawan bahkan mengingatkan kenetralan itu diatur UU. Ikatan alumni masih menjadi bagian dari perguruan tinggi, dan perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan yang wajib menjaga netralitas dalam menghadapi pemilihan umum. 

Achmad mengakui, deklarasi dukung mendukung yang dilakukan oleh alumni membuat rencana mereka menggelar Reuni Akbar sedikit terganggu. Sebab banyak pihak yang akhirnya mencurigai, reuni yang sebenarnya sudah direncanakan jauh-jauh hari itu akan menjadi aksi deklarasi. "Masing-masing curiga. Pendukung 01 curiga ini akan jadi deklarasi dukung 02, begitu juga sebaliknya," ujarnya menjelaskan.

Tapi Achmad memastikan itu tak akan terjadi. Ia memastikan, siapapun pemenang pilpres nanti, maka IKA USAKTI akan tetap memberikan masukan demi kemajuan bangsa. Seluruh alumni Universitas Trisakti yang telah menjadi pakar di berbagai bidang kerap mengadakan diskusi. Hasil diskusi akan dijadikan catatan untuk diberikan pada pemerintah mendatang.

Tak Berdampak Signifikan

Aksi dukung mendukung yang datang dari kelompok well educated ini terus berjalan. Andre Rosiade, Wasekjen Gerindra yang juga menjabat sebagai jubir Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi Bidang Politik melihat hal itu hanya dilakukan oleh kubu 'sebelah.' Andre menyampaikan, dukungan dari perguruan tinggi itu adalah mobilisasi.

Massa Alumni Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia atau APTSI mendeklarasikan dukungannya untuk Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno di Gedung Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta Timur, Sabtu, 26 Januari 2019.

Deklarasi alumni berbagai perguruan tinggi kepada Prabowo-Sandi

Menurutnya, itu digunakan karena selama ini hasil survei menunjukkan pemilih Jokowi ada di kalangan pendidikan rendah. "Makanya dengan dukungan alumni-alumni itu pak Jokowi ingin menunjukkan, memobilisasi massa agar terlihat didukung oleh masyarakat berpendidikan tinggi," ujarnya. 

Andrie yakin, kemunculan deklarasi alumni melalui mobilisasi, dan itu hanya dilakukan oleh kubu 'sebelah.' Andre tak menampik, ada juga alumni yang mendeklarasikan dukungan pada Prabowo-Sandi. Tapi itu murni dari mereka sendiri.

"Kalau ada alumni manapun yang dukung kita, kita gak pernah mobilisasi, gak inisiasi, gak fasilitasi. Semua berdasarkan keinginan mereka. 

Karena kita sendiri gak punya banyak duit. Untuk bikin deklarasi itu butuh biaya banyak dan kita sadar kita gak ada kekuatan untuk itu. Enggak kaya di sebelah. Dengan logistik yang berlimpah mereka bisa aja memobilisasi kan biar terkesan banyak kalangan berpendidikan dukung mereka," ujarnya menegaskan. 

Juru Bicara sekaligus Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Abdul Kadir Karding menyambut baik dukungan alumni untuk kubunya. Ia meliha,t aksi tersebut sebagai pertanda bahwa kelompok terpelajar dan kelompok kelas menengah kota mulai bergerak mendukung Jokowi. 

Ia mengakui, selama ini hasil survei mengatakan Jokowi-Ma;ruf Amin masih tertinggal di kalangan menangah. "Tapi kita yakin, dengan bekerja teman- teman alumni, dan bergeraknya semua level ini artinya silent majority semua bergerak ada temannya. Ada kepercayaan diri, Insya Allah akan besar dukungan kalangan terpelajar dan kelas menengah," ujarnya.

Abdul Kadir Karding menjanjikan akan terus menjaga hubungan dengan koordinator para alumni untuk merawat komunikasi.

Meriahnya dukungan dari alumni berbagai perguruan tinggi dianggap hal biasa oleh pengamat politik Djayadi Hanan. Ia mengatakan, hal tersebut bukan sesuatu yang istimewa. Sebab, deklarasi seperti ini sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh kelompok masyarakat lain. "Sudah pernah ada dari 212, ojek, dan lainnya. Dalam teori kampanye hal ini disebut endorsement," ujarnya. 

Djayadi menegaskan, aksi dukung mendukung yang dilakukan oleh alumni didukung oleh timses, dan tujuannya hanya membangun citra saja. Orang yang melakukan deklarasi ini, ujar Djayadi, sudah lama mendukung. Jadi ketika dukungan disampaikan itu adalah sebuah upaya show of force saja. Upaya menunjukkan pada publik bahwa masing-masing paslon mendapat dukungan. 

Tapi dukungan dari alumni perguruan tinggi tetap penting, karena mereka adalah kelompok masyarakat yang bisa memengaruhi orang lain. Secara umum, alumni SMA dan perguruan tinggi adalah kelompok menengah dengan pendapatan yang tinggi. Kelompok menengah di area ini biasanya memiliki kemampuan untuk memengaruhi orang lain.

"Mereka bisa memengaruhi tetangganya, pembantunya, dan lingkungan dekatnya. Dalam konteks alumni, bisa memengaruhi teman-teman sesama alumni. Lebih mudah ngobrol karena sama-sama kenal," ujarnya. 

Direktur Eksekutif  Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan memaparkan hasil survei terbaru tentang Kekuatan Partai dan Calon Presiden

Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan

Menurut Djayadi, gerakan ini bisa memengaruhi elektoral dan alumni yang muncul pasti mempunyai kepentingan juga. Tapi kepentingannya sebatas paslon yang mereka dukung meraih kemenangan. Menurutnya, dukungan ini sebenarnya sudah terjadi sejak dulu, hanya tak pernah terlihat. Sebab, dalam pemilu sebelumnya biasanya ada beberapa paslon. Tapi pemilu 2019 ini hanya ada dua paslon, head to head.

Dukungan alumni yang marak itu, menurut Djayadi tak akan berdampak apapun, kecuali dampak psikologis dan citra. Kondisi saat ini bagi kedua paslon adalah kosong-kosong karena terus saling berbalas. Tapi, deklarasi ini bisa menjadi berdampak signifikan jika setelah deklarasi ini mereka benar-benar bergerak, terutama dengan gerakan yang riil di akar rumput.

"Misalnya sampai dua bulan ke depan ditargetkan 10 orang tiap alumni, itu akan berpengaruh. Tapi saya tak yakin karena itu butuh koordinasi yang sangat intensif. Alumni kan sibuk. Setelah deklarasi mereka kembali mengajar dan bekerja di profesi masing-masing," ujarnya. 

Pengamat politik dari Indonesian Public Institute, Dr. Jerry Massie MA, PhD tak memandang optimis gerakan ini. Sebab bisa saja ada intel yang menyusup dalam gerakan ini. Bahkan, bisa saja ada event organizer politik yang membantu menggerakkan acara tersebut. Jadi, ujar Jerry, hasil yang muncul nanti belum tentu seperti yang diharapkan. Sebab bisa saja mereka yang datang lain di bibir lain di hati. 

Pilpres masih dua bulan lagi. Hiruk pikuknya terus meningkat. Deklarasi dukungan dari alumni bisa jadi belum akan berhenti. Seberapa efektif dukungan itu masih belum jelas, karena hasil akhir baru akan diketahui di bulan April. (mus)

Baca Juga

Dari SMA hingga Perguruan Tinggi

Mengukur Kekuatan Alumni

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya