Belajar Toleransi dari Kampung

warga bergotong royon membangun gardu
warga bergotong royon membangun gardu
Sumber :
  • VIVAnews/Ochi April

Selain membangun fasilitas umum, kerukunan dan kebersamaan juga terjaga dengan kerelaan warga membantu tetangganya yang berbeda agama dan keyakinan. Misalnya saat perayaan hari besar agama.

Saat Hari Raya Idul Fitri ada acara ‘nyadran’ yang dikerjakan bersama. Sebaliknya, warga yang beragama Islam menjadi panitia saat umat Kristiani merayakan Natal.

“Pas Syawalan, Katolik yang jadi panitia supaya yang muslim bisa merayakan lebaran,” ujar Romo Yatno menjelaskan.

Tak hanya itu, gereja dan warga yang menganut Kristiani juga tak segan mengulurkan tangan jika ada pesantren yang meminta bantuan. Sebaliknya, warga muslim juga berbondong-bondong turun tangan memberi bantuan saat ia akan membangun gereja.

Warga yang notabene memeluk keyakinan berbeda tersebut rela bekerja bakti membangun kembali gereja yang rusak akibat gempa.

Hal senada disampaikan Nurhuda. Saat umat Kristiani merayakan Natal, ia bersama warga lain yang beragama Islam menjaga keamanan gereja.

Pun saat umat Kristiani akan membangun gereja. Ia bersama warga turut membantu.

“Bangun gereja melibatkan warga muslim. Saat ngecor masjid kami melibatkan warga Katolik juga.”

Warga mengatakan, kerukunan itu sudah terjadi turun temurun. Menurut Nurhuda, warga sudah terbiasa hidup bersama sejak lama, hampir tak ada konflik dan gesekan di desanya.

Satu sama lain saling menghargai dan menghormati dari anak-anak hingga yang orang dewasa. Warga menilai, agama adalah urusan pribadi.

Halaman Selanjutnya
img_title