SOROT 346

Amankah Makanan Anda?

Pedagang Pasar Desak Pemerintah Tuntaskan Kasus Beras Plastik
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id - Pagi itu, Senin 18 Mei 2015, Dewi Septiani kaget bukan kepalang. Ada yang aneh dari beras yang dimasaknya. Lebih satu jam, beras yang diolahnya tak jua menjadi bubur. Bulirannya justru semakin membesar dan tak menyatu dengan air.

Waktu memasak pun dia perpanjang jadi dua jam. Air juga ditambahkan. Tetap saja tidak matang. "Baunya aneh, dan terasa getir," kata Dewi saat ditemui VIVA.co.id di kediamannya, Perumahan Mutiara Gading Timur, Bekasi, pekan ini.

Keanehan juga dia temui pada beras yang dimasaknya menjadi nasi uduk. Nasi matang, tapi lembek. Sebagian masih neretes dan berbentuk buliran beras yang membesar. Saat dicoba, rasanya juga getir di mulut.

Tak hanya itu, sang adik, Putri Novaliani, sempat mual dan mulas setelah mengonsumsi nasi dari beras yang sama. Rasanya sama, getir meski sudah matang.

Karena keanehan pada beras yang diolahnya itu, Dewi memutuskan tidak berjualan. Takut, pelanggan yang makan akan keracunan.

Suami Dewi, Sudarwanto (43 tahun), lalu menyarankan agar menukarkan beras dengan yang baru. Tapi, Dewi berpendapat, kalau ditukar juga akan sama. Sebab, beras yang didapat dari toko yang sama.

Dewi mendapatkan beras itu saat berbelanja di Pasar Tanah Merah. Pasar itu terletak di Perumahan Mutiara Gading Timur, Mustikajaya, Kota Bekasi. Hari itu, Rabu 13 Mei 2015, Dewi membeli beras enam liter, dengan harga per liternya Rp8.000.

Setelah kejadian itu, dia kemudian teringat, ketika di Sukabumi, sempat menonton tayangan soal beras sintetis yang berasal dari China. Tayangan itu ditonton lewat YouTube. Dalam tayangan itu, kata Dewi, beras berbahan plastik sudah menyebar di Asia Tenggara.

Seketika itu, dugaan Dewi mengarah ke sana: beras yang dibelinya adalah beras plastik. Karena keingintahuannya yang kuat, Dewi melakukan uji coba sederhana dengan setrika panas. Betapa terkejutnya Dewi, butiran beras yang ditempelkan ke setrika panas itu, menempel.

Dugaannya semakin kuat. Dewi kemudian berinisiatif mengirimkan email ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dia melaporkan peristiwa yang dialaminya.

Karena surat elektroniknya belum ditanggapi dengan segera, Dewi lantas mengunggah temuannya itu ke akun media sosialnya. Facebook, Twitter, dan Instagram.

"Suami saat itu sempat bilang, hati-hati. Tapi saya bilang, ini untuk kebaikan semua. Saya juga upload contoh beras yang tidak layak," kata Dewi.

Tak butuh waktu lama, boom, pemberitaan beras plastik mengemuka. Media massa ramai-ramai mengangkat pengalaman Dewi. Tajuk berita beras plastik jadi headline media nasional. 

Tragis, 97 Anak SD Keracunan Makanan dari Pemerintah
Ilustrasi pelayanan medis.

Pemerintah Diminta Sediakan Jaminan Bagi Pekerja Informal

Baik berupa Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKm).

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016