Sengsara Berujung Nyawa

- VIVA.co.id/Rifki Arsilan
Orangtua Debora lalu meminta kembali agar anaknya dapat dirawat di RS Mitra Keluarga. Tapi, petugas rumah sakit tetap tak bisa mengabulkannya. "Saya sudah minta-minta tolong, mengemis seperti itu dan tetap tidak dikasih," ujar Henny.Â
[Baca juga: Kala Kartu Sakti Tak Diakui]
Akhirnya, nyawa bayi Debora tak tertolong. Dia mengembuskan napas terakhir di ruang UGD. Jenazahnya lantas dimakamkan di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat. Henny kecewa sikap rumah sakit yang tidak berusaha maksimal merawat anaknya. Â
"Itu yang saya sesalkan, kenapa pihak manajemen rumah sakit bisa seperti itu. Padahal saya sudah bilang pasti akan saya selesaikan sisa kekurangan DP-nya, masa mereka tidak bisa peduli sama sekali sih sama pasien yang membutuhkan pertolongan," ujar Henny.
[Lihat infografik: Deretan Penolakan Pasien Miskin]
Kematian Debora membuat Henny terpukul. Dia makin tertekan hingga jatuh sakit lantaran muncul kabar anaknya disebut kurang gizi hingga mengidap penyakit gagal jantung. Dia membantah Debora memiliki riwayat penyakit tertentu. Sesak napas yang dialami Debora pun baru terjadi di hari kematiannya. "Tidak ada (penyakit sebelumnya)," Henny menegaskan.
Kisah bayi Debora lantas mencuat ke permukaan. Itu terjadi setelah peristiwa tersebut diunggah melalui sebuah akun Facebook bernama Birgaldo Sinaga. Dia mengaku Henny meminta tolong menyampaikan jeritan hatinya. Mereka bertemu di Balai Kota ketika ingin menyampaikan keluh kesah kepada Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
"Dari kisahnya (Henny) saya menangis, kejam sekali rumah sakit itu," ujar Birgaldo saat wawancara di tvOne, Minggu, 10 September 2017.