Logo WARTAEKONOMI

Mengenal Sosok di Balik Raksasa Otomotif Indonesia

Karikatur pendiri Astra International, William Soeryadjaya. (FOTO: Agus Aryanto)
Karikatur pendiri Astra International, William Soeryadjaya. (FOTO: Agus Aryanto)
Sumber :
  • wartaekonomi

Lima tahun kemudian, atau tepatnya tahun 1957 bersama adiknya, Drs Tjia Kian Tie dan kawannya, Lim Peng Hong, William mendirikan PT Astra International Inc. Bisnis perusahaan barunya ini pada mulanya hanya bergerak dalam pemasaran minuman ringan merek Prem Club dan ditambah dengan mengekspor hasil bumi.

Dalam perkembangannya, lahan garapan usaha Astra pun meluas ke sektor otomotif, peralatan berat, peralatan kantor, perkayuan, dan sebagainya. Astra tumbuh bak "pohon rindang", seperti apa yang dikatakan William sendiri.

Namun untuk memulai masing-masing lini tersebut tidaklah mudah, seperti sektor perkebunan yang saat ini di bawah naungan PT Astra Agro Lestari.

William memulai bisnis perkebunannya melalui proses cukup panjang. Ia punya keyakinan menjalankan bisnis pertanian sangat cerah karena pasarnya skala global dengan harga dolar, namun ongkos produksinya dengan rupiah. Keinginan William ini ternyata tak direspons positif oleh para direksi Astra pada waktu itu, namun ia tetap nekat.

Akhirnya Wiliam mengeluarkan modal sendiri Rp10 juta setelah gagal melobi bank untuk mendapat pinjaman. Ia membeli 5.600 hektar lahan di Nunyai Lampung Tengah, selanjutnya mendirikan PT Multi Agro Corporation 9 Juli 1973.

Melalui perusahaan barunya ini ia menanam gandum, sorgum, dan jagung. Hasilnya, sangat mengecewakan, karena waktu itu Astra sangat awam dengan bidang pertanian. Tak patah arang, William mencoba mengembangkan tanaman singkong dan ubi kayu. Ia pun memperoleh keuntungan hingga bank meminjamkan modal untuk bisnis singkongnya.

Tahun 1978 membangun pabrik tapioka dari bahan singkong. Multi Agro pun memperluas bisnis ke tanaman kelapa untuk mendapat keuntungan lebih cepat.