Atta Halilintar Belajar Soal Medsos dan Hoaks Lewat Buku Ini

Atta Halilintar.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Prof Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan meluncurkan buku berjudul 'Demokrasi di Era Post Truth'. Influencer Atta Halilintar memuji buku tersebut.

Gandeng Sejumlah Kampus di Indonesia, Maxnovel Tumbuhkan Minat Baca Melalui Karya Fiksi

Menurut Atta, buku yang ditulis oleh Budi Gunawan memberikan pelajaran terkait bermedia sosial. Sehingga, pembaca bisa belajar menyaring informasi dan tidak mudah percaya dengan hoaks.

"Buku karya dari Prof Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan ini sangat luar bisa. Zaman sekarang sangat perlu kita belajar agar tidak jadi tangan-tangan hoaks," ujar Atta saat ditemui di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Jumat 10 Desember 2021.

7 Tips Menghadapi Ujian Nasional: Persiapan yang Efektif untuk Sukses

Atta mengaku sering menemukan berita bohong di berbagai platform media sosial. Dia bilang, pengguna medsos perlu mencerna dan memilih informasi.

"Tinggal gimana kitanya sebagai anak muda bisa memilih-milih, melihat berita yang bagus dan engga, serta mencernanya. Jangan langsung gampang nge-post, itu bisa berakibat fatal untuk bangsa kita juga," ucapnya.

Kepala BIN Lepas Jakarta BIN dan STIN BIN Untuk Proliga 2024, Megawati Ungkap Harapan

Atta menganggap buku karya Budi Gunawan itu memiliki pesan agar masyarakat lebih teliti dalam membaca informasi. Selain itu, buku tersebut juga memiliki bahasa yang ringan dan mudah dipahami, serta memiliki visual yang menarik.

"Maka penting sekali buku ini dibaca untuk anak-anak muda, karena banyak sekali pelajaran di dalamnya seperti perkembangan media sosial dan ada algoritmanya. Yang anak muda inginkan seperti bahasa yang ringan, ada gambar, dan lainnya ada di sini," kata Atta.

"Buku Demokrasi di Era Post Truth cocok untuk anak muda pada masa ini, untuk Indonesia lebih baik," lanjutnya.

Buku tersebut sebelum telah dicetak pertama pada bulan April 2021 dan cetakan kedua terbit pada bulan Mei 2021.

Adapun buku tersebut membahas tentang disinformasi di era post-truth sebagai ancaman kesehatan demokrasi elektoral. Buku ini juga menyoroti ihwal keyakinan personal yang lebih penting daripada fakta objektif dalam membangun opini publik, sehingga antara kebohongan dan kebenaran sulit diidentifikasi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya