Logo DW

Kasus Positif dan Kematian Meningkat: Pergulatan Indonesia dengan COVID-19

Reuters/W. Kurniawan
Reuters/W. Kurniawan
Sumber :
  • dw

“Karena kita melonggarkan PSBB bukan pada kasus 0. Kasus 0 saja di Melbourne, Australia, masih ada ledakan (kasus). Di Korea Selatan juga ada ledakan. Apalagi yang belum 0, pasti akan terus meningkat,” tegas Miko.

Ia berpendapat bahwa minimnya sosialisasi akan bahaya COVID-19 serta tingkat kedisiplinan masyarakat menjadi pekerjaan rumah besar dalam menangani kasus COVID-19 di Indonesia.

Butuh sosok teladan

Sementara pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati juga mengamini pendapat Miko. Dia menjelaskan rendahnya tingkat kedisiplinan masyarakat Indonesia dalam merespon pandemi COVID-19 akibat dari minimnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Sebagai analogi, Devie pun mengambil contoh laiknya penyakit demam berdarah.

“Kita punya pengetahuan demam berdarah ini karena nyamuk, bertahun-tahun sosialasi. Kedua kita punya pengalaman entah diri kita sendiri, entah sepupu kita, entah teman kita. Minimal pernah melihat, pernah menjenguk (pasien demam berdarah). Ini secara global orang tidak mengerti sebenarnya Covid itu yang mana sih?” tuturnya saat diwawancarai DW Indonesia.

Ia menjelaskan bahwa karakter masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang high contact society, di mana dalam bersosialisasi sarat akan simbol-simbol. Simbol yang dimaksud di sini yakni sosok yang mampu menjadi teladan di struktur sosial masyarakat.

“Karena simbolik itu perlu adanya simbol-simbol yang menunjukkan bagaimana perilaku di era pandemi dan new normal ini. Masalahnya kalangan yang harusnya menjadi sosok simbol-simbol itu juga ngga ngerti, itu jadi bahaya,“ terangnya.