Cerita Nitya Krishinda Pilih Gantung Raket dan Memulai Peran Barunya
- VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
VIVA – Memasuki tahun 2019, Pelatnas PBSI di Cipayung Jakarta Timur melakukan sejumlah perubahan formasi, baik di susunan pemain maupun jajaran pelatih. Skema promosi dan degradasi yang diterapkan di kalangan pemain, menjadikan beberapa sektor harus kehilangan penggawa mereka.
Di sektor ganda putri, tiga nama yang sebelumnya menghiasi skuat Srikandi Cipayung dipastikan sudah tak tercatat lagi sebagai skuat Pelatnas PBSI yakni Rosyita Eka Putri Sari, Anggia Shitta Awanda dan Nitya Krishinda Maheswari.
Adapun nama Nitya Krishinda Maheswari diproyeksi PBSI akan turut diperbantukan dalam jajaran tim pelatih ganda putri untuk melatih pemain pelapis.
Peraih medali emas Asian Games Incheon 2014 bersama Greysia Polii ini rupanya mulai tertantang dengan peran barunya di Pelatnas PBSI dan sekelumit hal yang hendak di share baik selama menjadi pemain, maupun saat memutuskan tak bermain lagi seusai mengalami riwayat cedera cukup panjang.
"Mungkin saya udah nggak akan main, tapi saya pikir ada hal yang bisa saya bagi, hal apapun dalam bentuk sharing, atau program latihan yang pernah saya dapat. Sebetulnya lebih ke sharing sih, bukannya menggurui," ungkap Nitya Krishinda seperti yang dilansir Badminton Indonesia.
"Kemarin ada waktu kosong setelah cedera, saya kepikiran masih nggak bisa kalau nggak di bulutangkis. Dengan adanya tawaran dari koh Didi (Kepala Pelatih Eng Hian) seperti ini, oh saya jadi bisa memberi untuk PBSI, untuk negara, dalam konteks berbeda tapi di bidang yang sama," jelas gadis asal Bali tersebut.
Meski sudah sangat terbiasa dengan lingkungan tempat berlatih di Pelatnas Cipayung, namun tentunya tetap saja masih ada hal-hal yang sebelumnya diketahui dan pengalaman baru dalam mendampingi melatih.
"Masih baru banget ya, jadi saya belum bisa menilai apa-apa. Saya nggak mau terlalu membatasi diri, bikin gap, bahwa saya bukan pemain lagi, nanti gimana gimana. Malah nanti anak-anaknya tidak nyaman ke saya. Pasti ada batasan, tapi nggak terlalu kelihatan," jelas Nitya.
"Pasti beda, kalau pemain itu tanggung jawabnya misalnya telat bangun pagi, telat latihan. Sebagai pelatih bukan berarti tidak ada tanggung jawab, malah lebih besar tanggung jawabnya, membimbing atlet untuk jadi lebih baik itu tidak gampang," ujar pemain binaan klub PB Jaya Raya Jakarta itu. (luz)