Logo ABC

Warga Indonesia Ungkap Sulitnya jadi Pekerja Profesional di Australia

Inggita, dokter umum di Indonesia, memutuskan untuk mengambil kursus konseling menyusui di Australia demi menyediakan waktu untuk anak.
Inggita, dokter umum di Indonesia, memutuskan untuk mengambil kursus konseling menyusui di Australia demi menyediakan waktu untuk anak.
Sumber :
  • abc

Mulai dari titik itu, pria yang memiliki dua orang anak tersebut bekerja di bidang arsitektur hingga memiliki perusahaan sendiri saat ini setelah 11 tahun bekerja di perusahaan lain.

Darwin mengatakan bahwa untuk dapat diterima bekerja di Australia, pendatang harus menguasai bidang spesifik tertentu untuk dapat bersaing dengan penduduk asli.

"Kalau misalnya mau masuk di bidang arsitektur, kalau tidak masuk lewat jalur arsitek bisa masuk lewat bidang lainnya tapi masih satu jalan," katanya.

"Anda harus bersaing dengan siswa lokal atau generasi kedua yang lahir dan besar di sini. Mereka sudah fasih dan persaingannya pasti sulit karena pemberi pekerjaan pasti memilih mereka."

"Tapi kalau Anda memiliki keahlian spesifik yang tidak mereka miliki, Anda pasti bisa masuk."

Sulit tapi optimis

Berbekal semangat, Dina Argitha, yang dulunya bekerja sebagai seorang psikolog anak di Indonesia selama satu tahun, terbang ke Melbourne, Australia untuk menempuh pendidikan S2 Studi Pendidikan Khusus dan Inklusif.

Dina yang saat ini sedang mengikuti kelas Bahasa Inggris sebelum masuk kuliah berharap untuk dapat bekerja di bidangnya setelah menyelesaikan pendidikannya di bidang disabilitas itu.

Sebagai seorang warga Indonesia yang baru tiba di bulan Agustus 2019, Dina sudah tahu bahwa akan sulit baginya untuk mendapat pekerjaan sesuai profesinya waktu di negara asal.

"Ada sekali [keinginan bekerja sebagai psikolog di Australia], tapi kalau kita mau ambil psikologi di sini kan susah. Harus penyetaraan," kata perempuan berusia 26 tahun itu.