Logo DW

Praktik Poligami Kaum Konservatif Jadi Masalah di Iran

fararu.com
fararu.com
Sumber :
  • dw

Dalih mereka adalah bahwa tindakan ini bisa dilihat sebagai bantuan kepada kaum perempuan dari latar belakang yang kurang beruntung. Utamanya ditujukan untuk perempuan yang harus bekerja guna membiayai keluarga mereka sendiri, termasuk juga anak-anak, orang tua atau bahkan suami. Menurut angka resmi, jumlah mereka telah meningkat dalam sepuluh tahun terakhir sebesar 70 persen.

Di Iran, saat ini ada sekitar tiga juta perempuan dianggap sebagai "kepala keluarga." Menurut Biro Statistik, biaya hidup rata-rata untuk keluarga di Iran meningkat sebesar 50 persen, dan untuk makanan saja mencapai lebih dari 70 persen antara Maret 2018 dan Maret 2019. Sementara peningkatan upah tidak lebih dari 20 persen.

"Promosi prostitusi secara legal"

"Tentu saja, ada wanita putus asa di Iran yang tidak punya pilihan selain menjadi istri kedua," ujar pengacara Gheyrat. "Tapi itu tidak bisa jadi solusi bagi masalah sosial kita."

Tidak hanya aktivis perempuan yang meresa marah. Sebagian besar kalangan konservatif menilai "Lokakarya Poligami" sebagai iklan pelacuran secara legal. Tambahan pula, lokakarya ini ditawarkan di kota suci Qom.

Di wilayah itu berlaku apa yang disebut pernikahan sesuai tradisi Syiah. Pernikahan bisa berlangsung selama 30 menit hingga 99 tahun, tergantung yang dicatat di dalam akta nikah. Setelah masa berlaku tersebut habis, perempuan tidak lagi punya hak sebagai istri.

"Seperti dalam masyarakat lain di mana seksualitas ditekan, ada hubungan rahasia dan di luar nikah di Iran," kata sosiolog Amin Bozorgian dalam wawancara dengan Deutsche Welle. "Beberapa kalangan konservatif ingin menetapkan poligami sebagai cara hidup dalam masyarakat. Namun hal ini ditolak karena masyarakat Iran telah menginternalisasi monogami sebagai nilai sekuler dalam 100 tahun terakhir."