Logo DW

Curhat Muslimah di Prancis: Apakah Negara Mencintai Saya?

Noemie Olive/REUTERS
Noemie Olive/REUTERS
Sumber :
  • dw

Naouelle Garnoussi adalah seorang muslimah taat yang dibesarkan di Prancis: shalat lima waktu, menikmati pekerjaannya ´dan aktif di komunitasnya dan warga lokal. Dibesarkan oleh kakek-neneknya - satu satunya muslim, anggota keluarga yang lainnya Katolik, perempuan berusia 36 tahun ini mengidentifikasi diri sebagai orang Prancis, dan membela nilai-nilai sekuler Prancis yang memisahkan agama dari negara di ruang publik.

Namun setelah rentetan serangan teror, ia mulai merasa semakin terasing di negaranya sendiri. Rekan senegaranya cenderung melihatnya sebagai sosok berbeda, katanya. Dan respons pemerintah terhadap kekerasan membuatnya bertanya-tanya: Apakah seorang muslim benar-benar setara di mata republik tersebut?

"Nenek saya orang Prancis. Nenek buyut saya orang Prancis, dia dipanggil dengan sebutan Antoinette. Anda tidak akan mendapatkan lebih banyak bahasa Prancis dari hal itu, tapi terkadang saya dibuat merasa bahwa saya bukan lagi orang Prancis, hanya seorang muslimah," kata Garnoussi kepada Reuters di apartemennya di Argenteuil, kawasan kelas pekerja pinggiran kota Paris.

Sikap anggota masyarakat terhadap muslim tampak mengeras, lanjutnya. "Kadang-kadang saya lupa mematikan notifikasi ponsel saat Adzan berkumandang. Suatu hari saya diludahi, jadi situasinya mulai menjadi sangat buruk."

Beberapa tokoh Muslim terkemuka mengkhawatirkan masyarakat luas memandang mereka seperti kelompok militan.

Minggu ini, pernyataan dari sekelompok pemimpin muslim di Prancis mendesak pemerintah untuk bertindak sehingga "mayoritas umat Islam yang sangat mengutuk serangan teroris baru-baru ini tidak disamakan dengan dengan pemicu kebencian. "

“Menyakiti kami“