Logo DW

Vaksinasi terhadap Lansia atau Influencer, Mana Lebih Penting?

Rafael Henrique/SOPA/ZUMA/picture alliance
Rafael Henrique/SOPA/ZUMA/picture alliance
Sumber :
  • dw

"Jadi mungkin pada tahap ketiga atau keempat, ini tentunya sangat tergantung dengan data uji klinis tahap tiga Sinovac di Bandung yang baru akan selesai pada bulan Maret 2021. Memungkinkan penggunaan Sinovac (bagi lansia) tetapi perlu data yang lebih akurat. Adapun vaksin yang sudah memiliki data dan sudah jelas itu kan AstraZeneca dan BioNTech/Pfizer, tetapi kedua vaksin tersebut, terutama AstraZeneca kemungkinan baru akan tiba di Indonesia sekitar Mei atau Juni 2021,” ungkapnya.

Epidemiolog dan Peneliti Pandemi Griffith University, Dicky Budiman menjelaskan perbedaan vaksin Sinovac dengan BioNTech/Pfizer ada pada proses riset.

"Setelah saya analisa dan tanya langsung ke penelitinya, mereka (peneliti BioNTech/Pfizer) melakukan dan lead langsung (risetnya), tetapi kalau Sinovac diserahkan ke masing-masing negara, termasuk Brasil, Turki, Chili, Bangladesh, dan Indonesia. Kita bisa melihat masing-masing seperti BUMN-nya lah itu melakukan riset ini dengan desainnya masing-masing dan pertimbangan masing-masing, seperti yang kita lihat di Indonesia adalah 18-59 tahun, salah satu yang disampaikan alasannya memang dianggap lebih cepat imunitasnya walaupun itu bisa diperdebatkan ya,” ucapnya.

Meskipun demikian, langkah pemerintah Indonesia dalam memilih untuk mendahulukan warga yang berusia produktif (18-59 tahun) dalam daftar pertama penerima vaksin, sangat berbeda dengan kebijakan di kebanyakan negara barat, yang menempatkan lansia di urutan penerima pertama vaksin COVID-19.

Alasan mobilitas kelompok usia produktif

Dokter Nadia menyatakan, pertimbangan memasukkan kelompok usia produktif dalam prioritas penerima vaksin adalah karena mereka merupakan pelaku ekonomi aktif yang beraktivitas di luar rumah. Mengingat klaster keluarga menjadi salah satu penyumbang terbesar kasus COVID-19 di Indonesia, pelaksanaan vaksinasi pada mereka yang berusia 18-59 tahun diyakini dapat memutus mata rantai penularan klaster tersebut.

"Kita tahu bahwa kelompok ini merupakan mayoritas kelompok yang melakukan aktivitas ekonomi. Lansia cenderung tidak melakukan aktivitas di luar rumah, karena mereka bukan tulang punggung ekonomi keluarga. Yang terjadi di Indonesia klaster keluarga cukup tinggi, jadi kita tentunya memberikan vaksinasi kepada mereka yang berusia 18-59 tahun, dan kita punya dua keuntungan ya. Pertama, kita memberikan perlindungan antibodi kepada kelompok usia produktif yang merupakan pelaku ekonomi. Kedua, kita bisa memutus rantai penularan di klaster keluarga,” kata Nadia kepada DW.