Logo ABC

Australia Kenang Kematian Pertama akibat COVID: Cerita Kapal Pesiar

Kehidupan. Kematian. COVID-19 (ABC News: Brendan Esposito, Emma Machan)
Kehidupan. Kematian. COVID-19 (ABC News: Brendan Esposito, Emma Machan)
Sumber :
  • abc

"Kita bisa saja mencapai angka kematian antara 10.000 dan 20.000 tahun ini," tambahnya.

Dalam menilai dampak dari COVID, Profesor Trauer mengatakan tingkat kematian berlebih adalah faktor kunci.

Dia mengatakan bahwa angka tersebut memperhitungkan kematian yang akan tetap terjadi — mungkin disebabkan oleh flu atau hal lain — serta orang yang meninggal "dengan COVID" tapi mungkin bukan "karena COVID".

"Kita perlu secara khusus melihat semua penyebab kematian untuk mendapatkan gambaran tentang seberapa besar permasalahan ini," katanya.

Rumus angka kematian 

Melihat kasus di negara lain, angka kematian berlebih di Inggris mungkin bisa jadi petunjuk tentang masa depan Omicron di Australia.

Selama pandemi, semua penyebab kematian di Inggris bervariasi antara kematian berlebih positif dan negatif.

Meskipun kematian yang dilaporkan akibat COVID masih tinggi di Inggris – lebih dari 100 orang meninggal karena COVID setiap hari – saat ini orang yang meninggal karena semua penyebab, angkanya lebih rendah daripada yang biasanya diperkirakan.

Dengan kata lain, jumlah kematian lebih rendah dari yang diperkirakan. Bukan lebih tinggi.

Profesor Catherine Bennett, epidemiolog dari Deakin University, mengatakan angka kematian berlebih yang negatif di Inggris sebagian disebabkan oleh COVID pada orang jompo, lemah, atau sakit.

Para ahli mengatakan mungkin juga karena perubahan perilaku — lebih sedikit orang mengemudikan mobil dan mengalami kecelakaan, misalnya.

Namun, mereka menunjukkan bahwa Inggris memiliki 160.000 kematian berlebih di atas angka yang biasanya terjadi selama dua tahun terakhir.

Sebagian besar negara mengalami kelebihan kematian yang signifikan, menurut penelitian Profesor Bennett.

Namun, perlindungan terhadap warga Australia yang sangat berhasil bersama pelaporan harian yang konstan tentang jumlah orang meninggal, menurut Profesor Christine Jenkins, telah menciptakan "fobia kematian".

Profesor Jenkins dari Institut George untuk Kesehatan Global berpendapat, kita perlu menerima bahwa orang akan meninggal karena COVID.

"Kita memiliki tingkat kematian yang rendah selama dua tahun terakhir sebagai hasil dari perlindungan yang sangat efektif terhadap penularan COVID," katanya.

"Jadi sekarang kita harus terbiasa bahwa orang memang akan mati. Kita harus menerima keniscayaan itu," ujarnya.

Namun Profesor Nancy Baxter, Dekan Fakultas Kependudukan dan Kesehatan Global di University of Melbourne, tidak sependapat.

"Karena sepertinya kita memutuskan tidak akan peduli lagi. Seorang dokter, saya melihat hal itu mengganggu," katanya.