Hizbullah Tidak Akan Berhenti Serang Israel Sampai Perang di Gaza Berakhir

Wasekjen Hizbullah Naim Qassem (Doc: The Cradle)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Lebanon – Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, dalam sebuah wawancara menegaskan posisi kelompok tersebut untuk tetap setia pada Palestina. Menurut Naim, pihaknya tidak akan berhenti menyerang Israel sampai perang di Gaza berakhir.

Menteri Kontroversial Israel Kecelakaan, Mobilnya Terbalik Usai Terobos Lampu Merah

“Posisinya jelas. Selama perang berlanjut di Gaza, ini berarti front Lebanon terkena dampaknya, dan ketika perang berhenti di Gaza, maka perang juga berhenti di Lebanon,” kata Qassem kepada saluran berita Lebanon LBCI dalam sebuah wawancara, pada Selasa, 5 Maret 2024.

“Ketika ada gencatan senjata di Gaza, kami akan melakukan gencatan senjata (juga). Utusan Amerika Amos Hochstein dapat mengatakan apa yang dia inginkan, dan kami akan mengatakan apa yang kami inginkan,” tambah deputi tersebut, dikutip dari The Cradle, Kamis, 7 Maret 2024.

Baba Vanga Ramal Perang Dunia III Akan Terjadi, Gegara Konflik Iran-Israel?

Sebelumnya, penasihat Senior Gedung Putih Amos Hochstein mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Lebanon, pada 4 Maret 2024, mengenai proposal deeskalasi di Lebanon selatan yang disponsori AS.

“Kami tidak peduli dengan pesan yang dikirim Hochstein dan diskusi atau jawaban apa pun yang dia terima dari pejabat negara, dan kami tidak ikut campur (dalam pembicaraannya dengan pejabat Lebanon). Biasanya, kami bertukar pesan dengan pihak Amerika. Mengenai apa yang dikatakan Hochstein dan apa yang dia maksudkan, (tapi) itu tidak berarti apa-apa bagi kami.”

Kampus-kampus di Amerika Serikat Banyak Demo, PM Israel Merasakan Ini

Wasekjen Hizbullah, Naim Qassem

Photo :
  • News Network

Qassem melanjutkan dengan mengatakan bahwa perlawanan Lebanon 90 persen yakin bahwa tidak akan ada perang skala besar di Lebanon jika Israel atau AS berubah pikiran.

"Kami adalah front yang defensif dan terbatas dan kami berkorban agar tidak menyeret Lebanon ke dalam perang. Apa yang kami lakukan adalah pengorbanan besar,” imbuhnya.

“Kami tidak menyeret Lebanon ke dalam perang. Sebaliknya, ada musuh Israel yang berbahaya, yang kapan saja bisa melancarkan perang terhadap Lebanon tanpa alasan atau pembenaran. Jika kita tidak mengakhirinya lebih awal, hal ini dapat menimbulkan bahaya ke Lebanon."

Selain itu, ia juga membenarkan bahwa Hizbullah telah menimbulkan kerugian besar pada tentara Israel.

"Kami tahu besarnya kerugian yang dialami musuh,” meskipun Israel tidak mengakuinya, katanya.

Qassem menambahkan bahwa Israel tidak mencapai satu pun tujuannya di Jalur Gaza.

Dia mengatakan dia tidak yakin apakah gencatan senjata akan tercapai di Gaza pada awal Ramadan. Dia juga memperingatkan dampak berbahaya dari rencana serangan Israel terhadap Rafah, namun menambahkan bahwa operasi di sana tidak akan berhasil dalam membasmi perlawanan Palestina.

Dalam pertemuannya di Beirut pada 4 Maret, Hochstein mengatakan kepada para pejabat Lebanon bahwa gencatan senjata di Gaza belum tentu akan meluas ke Lebanon.

Utusan AS berada di Israel pada hari berikutnya, dan membahas proposal yang disponsori AS dengan menteri perang Israel Yoav Gallant.

Gallant menyiratkan dalam pertemuan tersebut bahwa eskalasi yang berbahaya mungkin akan segera terjadi.

Proposal tersebut juga menyerukan penarikan Hizbullah dari wilayah perbatasan, namun tidak menuntut konsesi apa pun dari Israel, seperti penarikan diri dari wilayah Lebanon yang telah diduduki secara ilegal selama beberapa dekade.

Meskipun Lebanon belum mengeluarkan tanggapan resmi terhadap usulan tersebut, para pejabat pada prinsipnya menolaknya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya