Logo BBC

Siti Rukiah Kertapati, Sastrawati Era Kemerdekaan yang Terlupakan

Siti Rukiah Kertopati mendapat penghargaan dalam dunia literasi namun dilupakan. - Keluarga Rukiah Kertopati
Siti Rukiah Kertopati mendapat penghargaan dalam dunia literasi namun dilupakan. - Keluarga Rukiah Kertopati
Sumber :
  • bbc

Namun di tengah banyak karya ini, namanya langsung hilang setelah 1965.

Dosen Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma, Yerry Wirawan, mengatakan nama Rukiah Kertapati memang sengaja dihilangkan dalam sejarah perempuan dan sejarah sastra Indonesia moderen."Karena dia anggota Lekra," kata Yerry.Menurut Yerry, waktu itu HB Jassin memuji Rukiah sebagai sastrawan perempuan. Namun karena menjadi anggota Lekra, namanya dihapus dalam buku antologi sastra Indoneaia karya Jassin.Sebagai sejarawan, Yerry melihat S. Rukiah Kertapati merupakan perempuan hebat dan representasi modernitas di masa awal Republik Indonesia.

Rukiah menjadi perempuan muda yang mampu menjadi penggerak literasi waktu itu dan menjadi perempuan pertama yang bukunya menang hadiah Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN).Selain itu, Rukiah juga menjadi perempuan kedua yang menulis dan menerbitkan karyanya, setelah istri Husein Djajadiningrat.

Yerry juga mengatakan Rukiah merupakan penggerak sasta anak yang waktu itu masih sangat sedikit."Ini penting karena menjadi penulis dan sampai menerbitkan karyanya bukan hal mudah pada masa itu bagi perempuan. Apalagi Rukiah bukan berasal dari keluarga ternama," katanya.

Menurut Yerry generasi sekarang, khususnya penggerak literasi harus mengetahui peran Rukiah pada masa itu agar generasi muda sekarang bisa mendapatkan referensi tentang gerakan perempuan Indonesia pada masa awal berdirinya Indonesia.

Menjadi karya terlarang setelah 1965

Rukiah yang lahir di Purwakarta 25 April 1927 suka menulis dengan tulisan dalam berbagai bentuk seperti puisi, cerpen, dan novel.

Pada usia 19 tahun, dia menulis puisi untuk dan Aktifitasnya terus berlanjut dan menjadi staf redaksi termasuk .

Menurut catatan Giovanni, Rukiah menikah dengan salah satu editor di Majalah , Sidik Kertapati.

Saat awal-awal menulis, Rukiah masih menggunakan nama pena S. Rukiah. Baru setelah menikah dengan Sidik Kertapati pada 1952, Rukiah memakai nama pena S. Rukiah Kertapati.

"Jadi sebelum menikah, dia menggunakan nama pena S. Rukiah," kata Giovanni.