Logo ABC

Anak di Bawah Umur Ikut Kelompok Papua Merdeka

Foto yang diambil West Papua Liberation Army dari Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada Mei 2019 di daerah Nduga di dataran tinggi Papua menunjukkan kelompok bersenjata ini terdiri atas atas pria dewasa dan anak di bawah umur.
Foto yang diambil West Papua Liberation Army dari Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada Mei 2019 di daerah Nduga di dataran tinggi Papua menunjukkan kelompok bersenjata ini terdiri atas atas pria dewasa dan anak di bawah umur.
Sumber :
  • abc

Konflik bersenjata berkepanjangan antara militer Indonesia dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) kini melibatkan remaja yang masih di bawah umur sebagai generasi pejuang kelompok separatis ini.

Anak di Bawah Umur Ikut OPM:

  • Organisasi Papua Merdeka (OPM) kini diperkuat pasukan bersenjata dari kalangan anak di bawah umur
  • OPM mengklaim hal ini sudah jadi bagian dari perjuangan mereka untuk merdeka dari Indonesia
  • Keterlibatan anak-anak dalam konflik bersenjata menunjukkan konflik Papua "jauh lebih serius"

Seperti dilaporkan kantor berita The Associated Press (AP) sayap militer OPM West Papua Liberation Army (WPLA) yang telah mengangkat senjata sejak 1960-an, mengakui hal tersebut.

Demikian pula kelompok advokasi damai pendukung kemerdekaan Papua juga mengakui adanya remaja dalam pasukan bersenjata OPM.

Mereka menggambarkan anak di bawah umur ini siap berperang melawan Indonesia yang menjalankan operasi militer di tanah mereka, Papua.

Hukum internasional mendefinisikan usia di bawah 18 tahun sebagai anak-anak. Dan perekrutan anak-anak di bawah 15 tahun untuk keperluan militer dikategorikan serbagai kejahatan perang berdasarkan Statuta Roma tahun 2002 tentang Pengadilan Pidana Internasional.

Sekitar 170 negara, termasuk Indonesia, telah meratifikasi perjanjian PBB yang mewajibkan pemerintah menghentikan perekrutan militer bagi usia di bawah 18 tahun serta upaya mengakhiri eksploitasi anak-anak oleh kelompok bersenjata negara dan non-negara.

Sebby Sambom, juru bicara WPLA yang tinggal di Papua Nugini, mengakui pasukan mereka mencakup remaja di bawah 18 tahun. Dia menggambarkan hal ini sebagai bagian dari sejarah Papua dan perjuangan kemerdekaan mereka.