Dalu Agung Darmawan: Museum Agraria Penting untuk Dukung Reforma Agraria

Dirjen Penataan Agraria Kementerian ATR/BPN, Dalu Agung Darmawan
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta – Dirjen Penataan Agraria Kementerian ATR/BPN Dalu Agung Darmawan menilai, pendirian museum agraria sebagai bagian dari ikhtiar untuk memfasilitasi pelaksanaan reforma agraria dalam konteks pembangunan berkelanjutan.  

Gerindra Buka Peluang Revisi UU Kementerian Negara: Setiap Pemerintahan Punya Tantangan Berbeda

Dia menjelaskan berdasarkan pada kondisi sejarah kelembagaan dan kebijakan agraria/pertanahan dari masa pra kemerdekaan sampai dengan pasca reformasi saat ini yang menunjukkan perubahan kelembagaan dan kebijakan yang sangat dinamis, maka diperlukan suatu upaya agar hal tersebut dapat terdokumentasi dengan baik. 

“Salah satunya berupa pendirian museum agraria,” ungkap Dalu Agung Darmawan dalam keterangan pers tertulis, Rabu 4 Oktober 2023.

Pengacara Panji Gumilang Minta Pemerintah Tinjau Ulang Penilaian Buruk ke Al-Zaytun

Dirjen Penataan Agraria Kementerian ATR/BPN Dalu Agung Darmawan

Photo :
  • Istimewa

Menurut Dalu Agung, keberadaan museum agraria akan mempermudah bagi para pelaku reforma agraria untuk dapat melihat ulang lintasan sejarah agraria yang selama ini belum terekam dengan baik secara terpadu. 

Frustasi Angka Kelahiran Rendah, Presiden Korsel Bentuk Kementerian Baru

“Proses penilikan sejarah tersebut tentunya akan membantu para pemangku kepentingan untuk secara lebih cermat dalam menentukan kebijakan agraria,” kata dia.

Selain itu, sambung Dalu Agung, keberadaan museum agraria akan membantu para generasi muda untuk dapat belajar secara lebih nyata perubahan kelembagaan dan kebijakan agraria pada masa lalu.

Dirjen Penataan Agraria Kementerian ATR/BPN, Dalu Agung Darmawan

Photo :
  • Istimewa

Dalu Agung menyebutkan bahwa dari hasil penelitian untuk disertasinya menunjukkan bahwa trayektori sejarah dinamika kelembagaan agraria telah panjang membentang sejak Republik Indonesia dilahirkan. 

Namun demikian, tuturnya, setiap periode zaman dan pemerintahan memiliki tantangan politik dan masalah agraria yang berbeda-beda. Hal ini menghasilkan kebijakan agraria berikut terobosannya yang juga berbeda. 

“Selalu tersisa gap antara niat ideal dan praktik implementasinya. Di antara faktor penentu utamanya adalah jenis kepemimpinan dan political will dari pemerintah,” paparnya. 

Untuk itu, penting disarankan bahwa selain konsep dan desain perencanaan pembangunan dan program-program nasional agraria yang baik, diperlukan suatu mekanisme politik yang lebih demokratis dalam pemilihan pemimpin politik yang selaras dengan kebutuhan dan kewenangan kelembagaan yang diperlukan. 

Ilustrasi Museum Nasional

Photo :
  • VIVA.co.id/Isra Berlian

“Bukan semata pertimbangan politik pragmatis kekuasaan,” tegasnya seraya menambahkan bahwa dorongan dari kekuatan kelompok penekan, baik jaringan media, masyarakat sipil, dan kalangan akademisi penting dilakukan lebih signifikan dengan menjadi mitra kritis pemerintah. 

“Tujuannya  untuk memastikan political will pemerintah semakin kuat dalam menjalankan mandat konstitusinya, khususnya dalam bidang agraria, pertanahan dan tata ruang,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya