Logo WARTAEKONOMI

Kisah Stefan Persson, Miliarder Sederhana di Balik Kesuksesan H&M

Kisah Orang Terkaya: Stefan Persson, Sosok Besar di Balik Kesuksesan H&M. (FOTO: UPP:Universal Pictorial Press and Agency)
Kisah Orang Terkaya: Stefan Persson, Sosok Besar di Balik Kesuksesan H&M. (FOTO: UPP:Universal Pictorial Press and Agency)
Sumber :
  • wartaekonomi

Padahal, pada awalnya banyak pihak yang ragu apakah Stefan Persson bisa memimpin H&M, mengingat saat itu ia baru berusia 32 tahun. Tetapi hasilnya bisa dilihat sendiri saat ini.

Pada akhir 1990-an, H&M pun telah menjadi rantai pakaian ritel terbesar di Eropa. Seiring pertumbuhannya, H&M membangun reputasinya pada mode dengan desain trendi yang sangat mahal dengan daya tarik yang luas. Hal ini karena, semua desainnya dibuat oleh desainer rumahan.

Konsep mereka dengan cepat diubah menjadi garmen pasar massal melalui jaringan pabrikan di negara-negara seperti Turki, Bangladesh, dan Cina. Persson menyadari potensi bisnis dan mode global; akibatnya, H&M tidak mengubah desain garmen untuk pasar nasional atau regional tertentu.

Strategi ini memungkinkan H&M untuk mengeksploitasi skala ekonomi saat perusahaan berekspansi ke AS (pada tahun 2000) dan Kanada (pada tahun 2004); itu juga membuka toko pertamanya di Timur Tengah, di Kuwait dan Uni Emirat Arab (2006), dan di Cina (2007).

Pada tahun 2012 H&M mengoperasikan sekitar 2.500 toko di lebih dari 40 negara. Sebagian besar merek yang dijual melalui H&M adalah label in-house, tetapi Persson memanfaatkan daya tarik bintang dengan meminta lini desain dari perancang busana, termasuk Karl Lagerfeld, Stella McCartney, Matthew Williamson, Jimmy Choo, Versace, dan Marni, serta penyanyi pop Kylie Minogue dan Madonna.

Kini, putra Perssin, Karl-Johan diangkat menjadi CEO H&M sejak tahun 2009. Tetapi Persson tetap menjadi ketua dewan H&M yang kini berharta US$18,1 miliar atau setara Rp257 triliun.