- Reuters/Gonzalo Fuentes
VIVA – "Gagal maning gagal maning". Kalimat ini sering didengar pada Sitkom era 1990-an, Tuyul dan Mbak Yul. Ucapan tersebut keluar usai Sontol dan Bonggol gagal menangkap Ucil yang menjadi tokoh utamanya.
Ungkapan ini tampaknya juga cocok disematkan kepada Paris Saint-Germain. Nasib mereka di Liga Champions tak ubahnya dengan Sontol dan Bonggol, apes.
Sejak 2011 lalu, pemilik PSG, Nasser Al-Khelaifi, mencanangkan proyek besar dengan berbasis pada konsep tim bertabur bintang.
Banyak bintang yang dibeli PSG dalam era Al-Khelaifi. Sebut saja Zlatan Ibrahimovic, Angel Di Maria, Edinson Cavani, Thiago Silva, Marquinhos, Dani Alves, hingga Neymar.
Pengeluaran mereka untuk membeli pemain sejak 2011 hingga sekarang, mencapai £919,9 juta atau setara Rp17,6 triliun.
Menggelontorkan dana yang begitu wah, PSG nyatanya tak kunjung berprestasi di Liga Champions. Jangankan meraih trofi, semifinal pun tak bisa mereka capai.
Pada musim 2012/13 hingga 2015/16, langkah PSG terhenti di perempatfinal. Mereka selalu sial di perempatfinal saat berhadapan dengan Barcelona, Chelsea, dan Manchester City.
Catatan lebih buruk ditorehkan PSG dalam dua musim terakhir. Sejak musim 2016/17, PSG cuma bisa menjejakkan kaki di babak 16 besar.
Apa yang Salah?