Semangat Pemuda Pengolah Limbah Organik Ini Berikan Kontribusi untuk Indonesia yang Lebih Baik

Arky Gilang Wahab
Sumber :
  • ANTARA

VIVA – Seorang pemuda yang cukup sibuk adalah Arky Gilang Wahab (36), asal Desa Banjaranyar, Kecamatan Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah (Jateng).  Arky telah aktif berkeliling ke berbagai kota untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.

Bincang Inspiratif SATU Indonesia Awards 2024, Astra Ajak Generasi Muda Berkarya untuk Masyarakat

Salah satu kerja sama yang intensif dalam beberapa waktu terakhir adalah dengan Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor, fokusnya adalah pada pengelolaan sampah, khususnya sampah organik.

Arky Gilang Wahab

Photo :
  • ANTARA
Daftar Juri SATU Indonesia Awards 2024, Ada Raline Shah

Arky menggunakan larva lalat Black Soldier Fly (BSF) atau maggot untuk mendekomposisi sampah organik. Di lokasi TSI Bogor, terdapat banyak sampah organik yang memiliki potensi untuk diolah.

Kerja sama ini dimulai pada November lalu, dan saat ini mereka sedang membangun fasilitas untuk budidaya maggot sebagai pengurai sampah organik. Rencananya, proses pengolahan sampah akan dimulai pada Maret 2023.

Astra Gelar SATU Indonesia Awards 2024, Ini Syarat Jadi Peserta

Proyek di TSI Bogor akan menjadi contoh bagi TSI lainnya, di mana sampah organik akan diolah menjadi maggot, yang dapat digunakan sebagai sumber protein pakan ikan, serta pupuk kasgot atau bekas maggot. Targetnya adalah menghasilkan 1 ton maggot setiap hari.

Budidaya Maggot dan Bank Sampah.

Photo :

Selain kerja sama dengan TSI Bogor, Arky juga sedang menjajaki kerja sama di Bali untuk mengatasi masalah sampah di sana dengan konsep yang sama, yaitu dengan membudidayakan maggot.

Selain itu, dia juga telah menjalankan kerja sama dengan mitra di Semarang, Salatiga, dan Pekalongan. Hingga saat ini, Arky bersama dengan mitra-mitranya mampu mengolah hingga 60 ton sampah organik.

Mereka bekerja sama dengan tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) dan tempat pembuangan akhir berbasis lingkungan dan edukasi (TPA BLE) di Banyumas. Total jumlah mitra yang terlibat mencapai lebih dari 2.500 orang.

Arky awalnya kembali ke desanya setelah lulus kuliah di ITB dan mulai membangun usahanya di Bandung. Dia kembali ke Banyumas ketika daerah tersebut mengalami krisis sampah pada tahun 2018. Dia memulai usaha ini dengan hanya tiga orang, termasuk adik dan temannya, dan mengelola sampah dari tiga rumah.

Ilustrasi Maggot (Courtesy: mongabay.co.id)

Photo :
  • vstory

Namun, dengan tekun dan kerja keras, usahanya berkembang pesat, hingga pada tahun 2019, mereka sudah dapat mengelola sampah di seluruh Desa Banjaranyar. Menurut Arky, semakin banyak maggot yang dibudidayakan, semakin banyak pula sampah organik yang dapat diolah.

Maggot memiliki kemampuan mengurai limbah organik seberat 4-10 kali berat badannya dalam waktu singkat, yaitu 24 jam. Ini membuat sampah organik tidak hanya dapat diolah, tetapi juga menghasilkan pupuk organik yang bermanfaat bagi pertanian.

Selain itu, budi daya maggot juga menjadi komoditas yang menjanjikan, karena maggot dapat digunakan sebagai pakan ikan yang kaya akan protein. Pasar maggot masih terbuka luas, dengan permintaan yang tinggi.

Arky mampu memproduksi sekitar 120 ton maggot setiap bulan dengan omset sekitar Rp500 juta per bulan, namun kebutuhan pasar mencapai 1.000 ton per bulan, bahkan Jepang meminta

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya