Sebelum Budaya Cuci Tangan, RS di Abad 19 Bagai Rumah Kematian
- bbc
"Pendekatan itu seperti membersihkan dinding yang dihancurkan semut atau keju basi yang telah melahirkan belatung," begitu tulis Erichsen.
Namun Semmelweiss tak percaya tindakan drastis seperti itu diperlukan.
Setelah menyimpulkan bahwa demam puerperal disebabkan partikel infeksi dari jenazah, ia menyediakan baskom penuh larutan kapur diklorinasi di rumah sakit.
Ignaz Semmelweis menyarankan petugas medis mencuci tangan dengan air kapur terklorinasi sebelum menjalankan operasi. - Getty Images
Sejak saat itu, dokter yang beranjak dari ruang bedah ke ruang bersalin wajib menggunakan antiseptik sebelum merawat pasien.
Tahun 1848, angka kematian di klinik ibu dan anak yang dikelola mahasiswa kedokteran merosot menjadi 12,7 per seribu persalinan.
Kemenangan tanpa penghargaan
Bagaimanapun, Semmelweis tetap tak dapat meyakinkan dunia kedokteran bahwa demam puerperal berhubungan dengan kontaminasi yang disebabkan kontak fisik dengan jenazah.
Mereka yang bersedia menguji metode medis kerap melakukannya secara tidak tepat, sehingga hasil yang muncul selalu mengecewakan.
"Anda harus ingat yang Semmelweis katakan, meski tidak secara terang-benderang, bahwa mahasiswa kedokteran membunuh para ibu hamil. Itu sangat sulit diterima," kata Lerner.
Faktanya, penggunaan antiseptik baru diperkenalkan ke dalam dunia kebidanan pada dekade 1880-an.
Buku yang diterbitkan Semmelweis terkait fenomena ini mendapat beragam ulasan negatif. Ia balik mengecam kritik itu dan menuding para dokter yang tidak mencuci tangan sebagai pembunuh.