Hati-hati, 1 dari 5 Orang di Dunia Berisiko Derita COVID-19 Parah

Ilustrasi batuk/TBC/virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Orang-orang yang paling rentan terinfeksi virus corona atau COVID-19, adalah mereka yan memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes, jantung, dan paru-paru. Menurut sebuah studi pemodelan baru, sekitar 1,7 miliar orang di seluruh dunia, 22 persen di antaranya termasuk dalam kategori tersebut. 

Kuota Haji Kabupaten Tangerang Bertambah, 20 Persen Lansia

Perkiraan itu diterbitkan dalam jurnal The Lancet Global Health, dengan mengecualikan orang tua yang sehat tanpa masalah kesehatan yang mendasarinya. Penelitian ini juga tidak memperhitungkan faktor risiko, seperti kemiskinan dan obesitas, yang dapat memengaruhi kerentanan seseorang terhadap penyakit dan akses mendapatkan perawatan. 

Baca juga: Obat Murah Dexamethasone Diklaim Bisa Cegah Kematian Pasien COVID-19

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia

Tetapi, data tersebut dapat membantu petugas medis memfokuskan upaya penanganan pada orang yang rentan terhadap efek paling berbahaya dari virus. Dan mungkin bisa memprioritaskan mereka untuk mendapatkan vaksin. 

"Sejak awal pandemi, para peneliti telah mengetahui bahwa kondisi kronis dapat memperburuk penyakit. Sekarang, ada pemahaman yang lebih baik tentang jumlah orang yang terlibat," ujar Andrew Clark dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, penulis studi pertama, dikutip Times of India, Rabu 17 Juni 2020. 

Sempat Hilang Kesadaran Akibat Sepsis, Chicco Jerikho Ngerasa Dikasih Kesempatan Kedua

Para peneliti menyusun 11 kategori kondisi yang mendasari yang dapat meningkatkan risiko COVID-19 parah, yang didefinisikan oleh WHO dan lembaga kesehatan Amerika Serikat dan Inggris, sebagai suatu bentuk penyakit simptomatik yang harus menjalani rawat inap. 

Daftar ini termasuk pasien yang secara teratur menggunakan obat imunosupresif, yang biasa digunakan oleh pasien autoimun, atau sedang menjalani perawatan pelemahan kekebalan, seperti kemoterapi. 

Dan Nina Schwalbe, seorang peneliti kesehatan masyarakat di Universitas Columbia dan penulis komentar yang menyertai penelitian baru ini, menegaskan kembali bahwa siapa pun yang terinfeksi virus corona, tingkat keparahannya tergantung pada sejumlah faktor yang berhubungan dengan kesehatan. 

Studi ini juga memperkirakan bahwa sekitar 4 persen dari populasi dunia, atau sekitar 349 juta orang, akan memerlukan rawat inap jika mereka terinfeksi. Jumlah itu termasuk pasien tanpa kondisi medis yang mendasarinya, seperti orang dewasa yang sehat dan lebih tua, dan risiko rawat inap meningkat dengan bertambahnya usia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya