Sudah Capek Ibu Kerap Alami Mom Shaming, Begini Hadapinya

Ilustrasi ibu dan anak/parenting/bayi.
Sumber :
  • Freepik/gpointstudio

VIVA – Tanggung jawab seorang ibu tentu saja tidak ringan. Mereka harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga, mengurus anak dan juga suami. Belum lagi, jika ibu harus membantu suami untuk mencari nafkah. 

Arab Saudi Gandeng Bill Gates Berikan Vaksin Polio pada Jemaah Haji

Kendati demikian, tidak dipungkiri para ibu masih harus menghadapi mom shaming, yang kerap melukai hatinya bahkan bisa membuatnya stres hingga depresi. 

Mom shaming sendiri merupakan tindakan merendahkan, mencela atau menghakimi seorang ibu tentang cara mengasuh dan keputusan yang diambil terkait anak. Lalu, bagaimana jika seorang ibu mengalami mom shaming? Apa yang harus dilakukan? 

Gelombang Cuaca Luar Biasa Panas Melanda Asia Selatan dan Tenggara

Psikolog, Grace Eugenia Sameve, M.A, M.Psi, mengungkapkan, mirisnya, berdasarkan penelitian, justru pertanyaan atau pernyataan yang menyakitkan yang mengarah pada mom shaming, banyak terjadi di lingkungan terdekat, entah disengaja atau tidak. 

"Bila ini sudah terjadi, pertama yang terpenting adalah kita mengenali diri kita sendiri dulu. Daripada menyalahkan diri kita, lebih baik kita mengenali," ujarnya saat Peluncuran Hansaplast Plester Bekas Luka, yang digelar virtual, Jumat 4 Maret 2022. 

Adipati Dolken Berencana Gak Sekolahkan Anak, Netizen Setuju: Gak Kepake Juga Ilmunya

Grace menambahkan, jika kita merasa tidak nyaman dengan hal itu, langkah berikutnya adalah mencoba untuk mengatasinya. Bagaimana caranya? 

"Bisa dengan dua cara, kalau dengan orangtua yang bisa kita lakukan adalah mengelola emosi kita. Tapi di sisi lain kalau kita punya komunikasi yang baik dengan yang lebih senior dengan orang-orang terdekat kita, menurut saya tidak ada salahnya kita menyampaikan kalau dampak dari pertanyaan atau pernyataan mereka itu lebih banyak keburukannya dibanding benefit-nya," paparnya. 

Sebab bukan hanya pesan, menurut Grace, cara kita menyampaikan sesuatu kepada orang lain juga penting. 

"Jadi saat kita menyampaikan, kita perlu memastikan tujuannya bukan untuk ngajak perang. Tapi, bagaimana agar kita lebih fokus dalam memulihkan diri sendiri dan beradaptasi mengasuh si kecil," tuturnya. 

Kemudian yang kedua, Grace mengatakan, terkadang pertanyaan orang lain ada yang bisa menjadi inspirasi yang tidak terpikirkan oleh kita. 

"Daripada kita menerima semuanya langsung mentah-mentah, ada baiknya kita kroscek ke tenaga-tenaga ahli yang terpercaya. Misal pertanyaan terkait kesehatan anak, bisa tanya ke dokter spesialis anak," kata dia. 

"Jadi daripada kita menerima semuanya mentah-mentah tapi kita makin bingung, jadi cemas, sebaiknya kita kroscek kepada ahlinya atau sumber yang memang terpercaya," imbuh Grace Eugenia Sameve. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya