SOROT 509

Petaka di Perairan Indonesia

KM Lestari Maju kandas
Sumber :
  • Facebook @Gabriel Steven

VIVA – Muhammad Ansar (18) menangkap gelagat tak beres ketika KM Lestari Maju yang ia tumpangi belum mendarat setelah tiga jam berlayar. Kapal yang berangkat dari Pelabuhan Bira pada pukul 10.00 WITA itu harusnya sudah tiba di Pelabuhan Pamatata Selayar sekitar pukul 13.00 WITA. Saat ia terbangun dari tidur sudah pukul 14.20 WITA. Namun kapal masih di tengah lautan.

Pelari Indonesia, Malaysia Hingga Amerika Siap Bertarung di Trail of The Kings Danau Toba 2024

Hanya selang beberapa menit, ia merasakan kapal oleng. "Saya kaget. Sudah empat jam pelayaran tapi feri belum juga sandar. Beberapa menit kemudian kapal mulai oleng," ujarnya kepada VIVA, Jumat, 13 Juli 2018. 

Hari itu, Muhammad Ansar baru saja menghadiri acara keluarga di Kabupaten Bone. Bersama ayahnya, ia hendak pulang ke Kecamatan Benteng, Ibu Kota Kepulauan Selayar. Mereka naik sepeda motor dan menyeberang laut menggunakan KM Lestari Maju.

Puncak Arus Balik Lebaran di Sumut Berlangsung Selama 3 Hari

"Saya mau pulang, dari menghadiri acara keluarga di Kabupaten Bone. Berangkat dari Pelabuhan Bira itu sekitar jam sepuluh. Di perjalanan saya tertidur," katanya melanjutkan.

Kapal yang makin oleng dan air laut yang mulai masuk membuat penumpang panik. Mereka menyerbu ke dalam kapal dan berebutan mengambil pelampung. Suara Anak Buah Kapal (ABK) yang mencoba menenangkan penumpang sudah tak lagi dipedulikan. Semua berusaha untuk menyelamatkan diri.

Geopark Kaldera Toba, Situs Diakui UNESCO yang Miliki Ragam Aktivitas Wisata

"Harap tenang, kapal tidak akan tenggelam," demikian suara ABK yang terus menerus disampaikan.

Namun penumpang sudah tak peduli. Mereka saling sikut, tarik menarik, berebut pelampung, dan berusaha menjaga keseimbangan tubuh karena kapal sudah mulai oleng.

KM Lestari Maju Tenggelam

Penumpang KM Lestari Maju berusaha menyelamatkan diri

Ansar dan ayahnya memilih bertahan. Saat kapal semakin miring, ia melihat penumpang yang panik semakin tak terkendali. Banyak yang nekat menceburkan diri ke laut meski tanpa pelampung. "Ada yang saya lihat langsung terdorong ombak ke badan kapal, terbentur, dan langsung diam tak bergerak. Ada juga yang saya lihat nekat meloncat ke laut tanpa pelampung, dan akhirnya tak muncul lagi," ujarnya dengan suara bergetar dan mata menerawang.

Setelah mendapat pelampung, Ansar dan ayahnya memutuskan naik ke lantai atas. Dari atas ia bisa melihat ombak yang besar dan terus menghantam kapal. Mereka memilih bertahan di atas. "Ada lima perahu nelayan yang mendekat, tapi mereka tak bisa merapat karena ombak yang begitu besar. Dan akhirnya satu perahu nelayan melempar tali yang bisa kami gunakan untuk mencapai perahu. Saya, ayah, dan tiga penumpang lain berhasil mencapai perahu mereka menggunakan tali. Kami tidak ke pantai Pa'baddilang, karena ombak terlalu besar, jadi kami ke pantai sebelah. Itu perahu sengaja ikuti arus ombak," ujarnya menambahkan. 

Para nelayan membawa lima penumpang itu ke Pelabuhan Nipayya. Di sana sudah ada ambulans yang menunggu. Lima penumpang yang beruntung itu lalu dibawa ke rumah sakit untuk pendataan. Ansar dan ayahnya, juga sekitar 150 penumpang lain selamat dari kecelakaan mengerikan itu. Namun 39 lainnya tewas.

Pertemuan BPD se-Indonesia di Danau Toba, Parapat, Kabupaten Simalungun.(dok Bank Sumut)

Bank Sumut Promosikan Pariwisata Danau Toba Melalui Pertemuan BPD se-Indonesia

Undian Nasional Tabungan Simpeda Bank Pembangunan Daerah (BPD) Periode XXXIV-2024 berlangsung di Parapat, Kabupaten Simalungun, 23-24 April 2024. Bank Sumut tuan rumah.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024