Logo BBC

Dilan 1991: Nostalgia, Wawancara Pidi Baiq hingga Kontroversinya

- Julia Alazka/BBC News Indonesia
- Julia Alazka/BBC News Indonesia
Sumber :
  • bbc

"Setiap orang ada masanya mengenang masa lalu," kata Pidi Baiq, mulai bercerita. "Saya juga salah satu dari orang itu yang mengenang masa lalu."

"Ketika saya mengenang masa lalu, teringatlah masa pacaran anak zaman dahulu, tahun-tahun di mana saya masih remaja," akunya.

Pidi juga tak memungkiri bahwa trilogi novelnya itu bakal dibandingkan dengan situasi saat ini. "Saya tulis sebagai usaha untuk pembanding saja dengan keadaan di zaman sekarang."

Kebangkitan industri film nasional?

Bagaimanapun, pengamat industri film Ekky Imanjaya mengatakan, dalam tiga tahun terakhir ini industri film nasional "telah bangkit".

Menurutnya, hal ini ditandai dengan makin banyaknya film nasional yang mencapai jumlah penonton di atas 1 juta.

"Tahun 2015, satu atau dua (film) yang (penontonnya) mencapai satu juta, tapi makin ke sini, yaitu 2016, 2017, 2018, bahkan sampai enam film," jelas Ekky.

Meski demikian, Ekky memberi catatan, jumlah tersebut masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan populasi penduduk Indonesia.

Lebih lanjut dia mengatakan, dalam kebangkitan industri film ini, kehadiran film Dilan 1990 dan Dilan 1991 "menjadi salah satu penyumbang terbesar setelah film Warkop Reborn".

"Mereka (film Dilan 1990 dan Dilan 1991) punya bahasa audio visual yang berbeda, punya dialog-dialog yang berbeda, punya pendekatan yang berbeda," kata Ekky.

"(Dua film itu memberi) Tawaran yang lebih segar dan baru pada penonton yang lama-lama makin pintar dan tidak mau itu-itu saja," tambahnya.

`Rayuan gombal` itu, sambungnya, mengalahkan elemen sinematografi dan hal-hal teknis lain dalam film Dilan. "Yang jadi meme kan rayuan gombalnya," ujarnya.

Faktor lain yang membuat Dilan berbeda dengan film nostagia lainnya, demikian analisa Ekky, Dilan dianggap `tokoh baru`, meski menampilkan nostalgia.

"Sementara film-film nostalgia lainnya menampilkan ikon lama," jelasnya.

Pro-kontra Dilan 1990: Isu Syiah dan poster Khomeini

Dalam perjalanannya, film laris ini juga mengundang pro-kontra di masyarakat, terutama ketika ada tuduhan bahwa film itu dianggap mengampanyekan Syiah.

Tudingan Syiah diarahkan kepada penulis novel ini, Pidi Baiq, karena sosok pemimpin spiritual dan pemimpin Revolusi Islam Iran, Ayatollah Khomeini, muncul dalam novel yang diterbitkan penerbit DAR! Mizan ini.

Di novel Dilan 1990, ada adegan antara Bunda (ibu Dilan) dan Milea yang sedang berada di kamar Dilan yang penuh dengan poster tokoh terkenal, salah satunya Ayatollah Khomeini.

Diceritakan dalam novel itu, Khomeini adalah tokoh revolusioner dan imam besar Iran yang disukai Dilan. Namun adegan itu tidak ada di filmnya.

Salah satu pihak yang menuding karya novelis Bandung ini berbau Syiah adalah organisasi Persatuan Islam (Persis) Jawa Barat. Mereka bahkan sempat menggelar kajian tentang film dan novel Dilan.

"Ada dialog (dalam novel), walau tidak banyak, tapi nampak jelas (membicarakan) tentang Ayatollah Khomeini," kata Dian Hardiana, Wakil Ketua PW Pemuda Persis Jawa Barat, kepada Julia Alazka untuk BBC News Indonesia.

"Bahkan, (dialog dalam novel) ini menyebutnya Ayatollah, tidak menyebut Khomeini. (Padahal) Dunia mengenal Khomeini," tambahnya. "Yang menyebut Ayatollah itu orang Syiah."

Dian lantas mencurigai ada motif tertentu di balik penyebutan istilah itu, apalagi menurutnya "dialognya (dalam novel) sampai penajaman imam besar, pemimpin revolusi".

"Kok ini begitu cukup dalam wawasan si novelis ini. Ini orang yang paham tentang Syiah atau berpaham Syiah?" ujar Dian Hardiana.