Logo BBC

Dilan 1991: Nostalgia, Wawancara Pidi Baiq hingga Kontroversinya

- Julia Alazka/BBC News Indonesia
- Julia Alazka/BBC News Indonesia
Sumber :
  • bbc

Dian mengaku khawatir dengan munculnya sosok Dilan, yang lalu dielu-elukan sebagai idola remaja, bahkan namanya dijadikan sebuah taman di Kota Bandung, akan turut mengenalkan sosok Khomeini kepada remaja Indonesia.

"Ketika saya katakan bau Syiah, bukan berarti kemudian saya vonis itu Syiah. Hanya ada di situ aroma yang mengarah kepada `kok ini kayak mengenalkan tokoh Syiah`," katanya.

Apa tanggapan Pidi Baiq atas isu Syiah?

"Sama-sekali apa yang dilakukan Dilan tak ada sangkut pautnya dengan ajaran atau keyakinan tokoh yang ada di poster itu," kata Pidi Baiq dalam wawancara dengan wartawan di Bandung, Julia Alazka, untuk BBC News Indonesia.

Saat ditanya kenapa dalam filmnya tidak ada dialog tentang poster Khomeini, Pidi Baiq mengatakan: "Karena di film tidak ada ruang luas untuk saya bisa menjelaskan alasannya."

Pidi juga berulangkali mengatakan bahwa pada tahun 1990an, yang menjadi latar novel tersebut, belum ada isu Syiah.

"Enggak ada isu Syiah, belum ada. Sekarang memang lain. Makanya jangan mengadili masa lalu dengan keadaan di masa kini," tegas Pidi Baiq.

Tapi apakah saat membuat novel dan film ini, Anda tidak memikirkan konteks saat ini? Tanya Julia Alazka.

"Tidak. Saya betul-betul jujur memotret masa lalu, udah gitu aja ," katanya.

"Betul-betul jujur memotret kehidupan di masa lalu, kehidupan guru di masa lalu, kehidupan siswa sekolah di masa lalu. Enggak bisa dong kita mengadili masa lalu dengan keadaan di zaman sekarang, enggak bisa," paparnya.

Semenjak adanya tuduhan Syiah itu, Pidi mengaku penasaran untuk ingin lebih tahu tentang Sunni, Syiah, serta latar belakang perbedaan di antara mereka. "Apa sih persoalannya, saya enggak mengerti apa-apa," ujar Pidi.

Bagaimanapun, Pidi Baiq akhirnya mengambil langkah untuk "meminta maaf" kepada pihak tertentu yang merasa tidak berkenan dengan apa yang dilakukan Dilan dengan poster Khomeini dalam novelnya.

"Demi Tuhan, sama sekali tak ada maksud ingin menyebarkan suatu paham tertentu dengan menceritakan bagian tersebut di buku," kata Pidi Baiq.

"Saya pribadi adalah seorang Ahlusunahwaljamaah, bagaimana mungkin saya menyebarkan suatu paham yang jelas-jelas bertolak belakang dengan keyakinan saya sendiri?" tegasnya.

"Saya pikir akan lebih baik seandainya lebih dulu melakukan tabayyun, melakukan check and recheck supaya tidak asal tuduh, supaya semuanya menjadi jelas," katanya lagi.

Taman Dilan dibangun di Kota Bandung, buat apa?

Ketika isu tuduhan Syiah mulai redah, muncul kontroversi baru ketika Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, berencana membangun semacam taman bertema Dilan di pelataran Gedung olah raga (GOR) Saparua, Bandung.

Diberi nama Sudut Film Dilan, peletakan batu pertama taman berukuran kecil dilakukan oleh Ridwan Kamil dan Menteri Pariwisata Arief Yahya saat pemutaran perdana film Dilan 1991 di Bandung, akhir Februari lalu.

Rencana ini memicu pro dan kontra dari sejumlah pihak. "Biasanya `kan kalau taman-taman itu nama pahlawan siapa gitu , terus ini Dilan. Kenapa harus Dilan?" kata Puji, mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati, Bandung

"Kayak enggak ada tokoh lain yang bisa membuat pemuda-pemuda ini terinspirasi," katanya lagi.

Menurut Dian, Ketua Lembaga Kajian Harakah Hadaman PP Pemuda Persis, sosok Dilan tidak layak dijadikan `sudut` di taman tersebut, karena dianggapnya bukanlah sosok menginspirasi bagi kaum muda di Bandung.

"Apalagi yang dimunculkan tokoh ini, anak gang-gang -an... Kemudian pacaran-pacaran, dengan suatu tindakan sikap berpacaran tidak wajar di luar batas," katanya. "Tidak mendidik."

Sedangkan seorang warga Bandung lainnya, Iwan, mengaku khawatir `taman Dilan` itu akan dijadikan sebagai tempat berpacaran.

"Ini jangan-jangan nanti, kalau ada anak muda ingin "nembak", di taman itu. Apalagi ada tulisan Dilan, di foto, itu akan jadi kenangan awal mereka mulai bercinta di Taman Dilan," tambah guru SMA ini.