Logo DW

Bisnis Surogasi: Kisah Perempuan Ukraina yang Sewakan Rahimnya

privat
privat
Sumber :
  • dw

Kami telah menikah selama empat tahun. Saat kami menikah, saya juga pernah menjadi ibu pengganti. Suami saya sangat menentangnya. Tetapi saya katakan kepadanya bahwa tidak ada cara lain. Upahnya sebagai tukang kunci tidak teratur. Karena kami memiliki seorang putra, saya tidak bisa pergi bekerja. Tetapi apartemen harus dibayar dan kami harus makan.

Ketika saya sudah merampungkan pemeriksaan dan tidak juga menyerah, dia akhirnya melunak. Tetapi sulit baginya melihat saya mengandung anak orang lain. Dia mau punya anak perempuan, tetapi saya tidak menginginkan anak lagi. Saya sudah punya dua anak lelaki, itu cukup. Tetapi dia juga pasrah akan hal itu. Dia sekarang memiliki mobil dan merasa nyaman.

Apa ada konflik lain?

Umumnya tidak. Setiap kali saya perlu melakukan ultrasound, dia mengantar saya. Kalau saya mengidam nanas atau delima di malam hari, dia membawakan semuanya untuk saya. Dia bersikap seolah-olah itu adalah kehamilan anak kami sendiri.

Apa ada perbedaan perasaan selama Anda mengandung anak sendiri dan anak orang lain?

Ya. Saya merasa bahwa mereka bukan anak-anak saya, tetapi saya juga memperlakukan mereka dengan benar, sebagaimana mestinya. Misalnya, selama menjadi ibu pengganti yang ketiga, ayah anak yang berasal dari India mengirimi saya lagu-lagu yang ia nyanyikan dalam bahasanya sehingga saya bisa memutarkannya untuk anak itu. Saya akui saya melakukannya sekali atau dua kali sebulan, tidak setiap hari.

Saya berbicara kepada anak-anak saya sendiri. Itu sangat berbeda. Di sini saya tahu bahwa saya harus menggendong anak itu dan menyerahkannya. Itu saja. Sejujurnya, saya tidak punya perasaan cinta.

Bahkan juga setelah melahirkan?