Bisa Sewa Jasa Otto Hasibuan, Ayah Jessica Wongso Ternyata Bukan Konglomerat, Apa Pekerjaannya?
- ANTARA/Rosa Panggabean
Jakarta – Kasus lama kembali mencuat, setelah salah satu layanan streaming Netflix mengeluarkan dokumenter mengenai pembunuhan Wayan Mirna Salihin yang tewas akibat racun sianida, Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso.
Sosok yang menjadi pusat perhatian adalaha sang tersangka, yaitu Jessica Kumala Wongso. Wanita yang telah lama tinggal di Australia tersebut diketahui menyewa jasa pengacara Otto Hasibuan untuk membela dirinya dalam kasus ini. Diketahui, Otto Hasibuan termasuk pengacara Indonesia yang mematok bayaran tinggi untuk siapa pun yang menyewa jasanya.
Tentu menjadi pertanyaan, apa sebenarnya pekerjaan orang tua Jessica Wongso hingga bisa menyewa jasa Otto Hasibuan, apakah benar orang tua Jessica seorang konglomerat?
Pakar hukum pidana, Otto Hasibuan
- YouTube Indonesia Lawyers Club
Ternyata, Ibu dari Jessica Wongso, Imelda Wongso membantah dan berkata bahwa mereka bukan konglomerat, dan isu bahwa mereka memiliki pabrik plastik adalah salah.
"Enggak bener semua. Anak Tante itu semuanya kerja, makan dari gaji, hanya itu," ujar Imelda Wongso, saat diwawancara salah satu televisi swasta, dilansir Jumat, 6 Oktober 2023.
Imelda juga membantah bahwa keluarganya mempunyai pabrik plastik dan menjelaskan bahwa keluarganya punya usaha di bidang plastik. "Kita orang (keluarga Jessica) bukan punya pabrik. Kita orang agen, agen plastik, jadi bukan pabrik. Yang produksi bukan kita orang, kita hanya agennya saja. Jadi pabriknya ada bahan apa kita nggak tahu," jelas Imelda lagi.
Dokumentar kisah kopi sianida Jessica Wongso bakal tayang di Netflix
- IG @netflixid
Apalagi, sebelum kasus mencuat pada 2016 lalu, sang ayah yaitu Winardi Wongso sempat mengalami penyakit yang membuatnya tidak boleh terlalu stres. Maka dari itu keluarga sepakat untuk tidak memunculkan Winardi Wongso ke publik.
Memang, Otto Hasibuan memiliki bayaran fantastis. Mengutip dari berbagai sumber, bayaran Otto Hasibuan mencapai angka USD2,5 juta atau sekitar Rp37 miliar saat mendampingi Djoko Tjandara alias Joko Soegiarto Tjandra pada kasus pengalihan hak tagih atau cessie Bank Bali pada 2020 lalu.
