Logo ABC

Layanan Wisata di Yogyakarta, Bali dan Lombok Menunggu New Normal

Salah satu sudut Gili Terawangan di Lombok di bulan Juni, sepi karena adanya pandemi COVID-19.
Salah satu sudut Gili Terawangan di Lombok di bulan Juni, sepi karena adanya pandemi COVID-19.
Sumber :
  • abc

Di Gili Terawangan sendiri, menurut Ahmad Kusuma, sekarang sedang dilakukan persiapan dan sosialisasi Protokol Kesehatan gabi sektor pariwisata.

"Tanggal 11 Juni akan dilakukan pengasapan di seluruh pulau tersebut dengan pemda, penggiat wisata dan masyarakat," katanya lagi.

Resor "Black Penny" yang Ahmad memiliki 23 unit vila yang bisa menampung 50 tamu, 1 restoran dengan kapasitas tempat duduk untuk 100 orang, dan 1 bar dan restoran dengan kapasitas 150 orang.

Selama tiga bulan terakhir, menurut Ahmad, hampir tidak ada kegiatan ekonomi di Pulau Gili Terawangan karena pembatasan penerbangan internasional dan larangan perjalanan di dalam negeri.

"Sebelum pandemi, ada sekitar 2500 sampai 3 ribu orang yang datang ke 3 pulau Gili yang ada," kata Ahmad lagi.

"Di masa normal di vila kami, untuk restoran kami bisa melayani sekitar 7 ribu sampai 8 ribu orang, sementara vila 500-600 orang setiap bulannya."

 Ahmad Kusuma manajer Black Penny Resort di Gili Terawangan Lombok (Foto: Supplied)

Ahmad berharap keadaan akan segera pulih dalam 1-2 bulan mendatang.

"Jika Oktober secara global masih ada peningkatan kasus, maka sektor pariwisata akan mati suri berkepanjangan," katanya.

Tidak saja bisnis besar, namun juga perorangan

Dampak pandemi COVID-19 tidak saja dirasakan oleh bisnis besar, namun juga warga perorangan yang menggantungkan hidup dari sektor pariwisata.