Logo ABC

Pekerja COVID-19 di Australia dan Indonesia Punya Kesamaan Cerita

Anggara menggunakan APD dan masker yang dianggapnya sebagai "benteng pertahanan" bagi dirinya saat bertemu warga.
Anggara menggunakan APD dan masker yang dianggapnya sebagai "benteng pertahanan" bagi dirinya saat bertemu warga.
Sumber :
  • abc

"Untuk tim COVID-19, kami sudah menjalani isolasi selama enam bulan. Kami tidak memiliki gejala dan kami mau mengambil resiko dengan kesehatan kami dengan melakukan tes. Tolong jangan ketok pintu," tulis yang lain.

Pemerintah Victoria memberikan bantuan uang bagi mereka yang terpaksa tidak bekerja saat menunggu hasil tes, tapi tetap saja ada warga yang khawatir tidak akan bisa bekerja jika dinyatakan positif COVID-19.

Bulan Juli lalu ada pula laporan jika lebih dari 10 ribu warga Melbourne yang tinggal di kawasan "hotspot" penularan virus corona menolak dites, karena mereka percaya jika virus ini sebagai sebuah konspirasi.

"Masyarakat keras kepala" A woman holds a swab to her mouth as an ambulance officer watches. Penolakan warga di Melbourne juga sempat dilaporkan terjadi di beberapa kawasan pemukiman dengan alasannya yang sama seperti ditemukan di Surabaya. (AAP: Daniel Pockett)

Sebagai pekerja COVID-19 di Melbourne, Siska mengatakan dia tidaklah merasa khawatir dengan kesehatannya sendiri.

"Di sini standar prosedurnya ketat sekali. Walau dapat kerja dari dari agency [agen penyalur] dan pelatihan minim, terbilang kilat, tapi semua informasi yang diberikan mudah dipahami, dan protokol kesehatan jelas," katanya.

Di Surabaya, Anggara juga mengatakan jika ia diharuskan menggunakan alat pelindung diri lengkap saat bertemu dengan warga, termasuk saat memberikan bantuan ke rumah-rumah.