Logo DW

Bagaimana Menangani Konservatisme Islam di Sekolah Jerman?

picture-alliance/dpa/F. Rumpenhorst
picture-alliance/dpa/F. Rumpenhorst
Sumber :
  • dw

Dalam bukunya "Die Macht der Moschee" (Kekuasaan Masjid), yang diterbitkan tahun lalu, penulis itu mengunjungi 21 sekolah dan berbicara dengan 70 orang guru. Salah satu hasil penelitiannya: "Jaringan orang tua, sekolah Alquran, komunitas masjid, imam dan asosiasi muslim mencoba untuk melabuhkan sebanyak mungkin agama Islam, budaya dan tradisi dalam kehidupan sekolah di Jerman."

Kasus-kasus yang ditemukan antara lain: Ayah yang menolak berjabat tangan dengan guru atau melarang putrinya mengikuti pelajaran renang, festival olahraga, dan acara piknik sekolah yang ditunda karena bulan puasa, perundungan terhadap siswa nonmuslim di taman bermain. Banyak guru di Kiel dan Passau yang mengetahui semua masalah ini, tetapi biasanya tidak membahasnya secara terbuka.

Asosiasi Guru Jerman menyebut masalah-masalah seperti itu merupakan topik yang sensitif. Banyak pendidik sering tidak yakin akan mendapat dukungan dari manajemen sekolah dan pemangku kebijakan.

Para kepala sekolah mengkhawatirkan reputasi sekolah mereka, sementara kementerian kebudayaan seolah bertindak sesuai dengan moto: “Apa yang saya tidak tahu, saya tidak ambil pusing“, demikian kritik ketua federal Asosiasi Pendidikan dan Pendidikan, Udo Beckmann.

Konferensi Menteri Pendidikan memaparkan: "Ada orang-orang yang bertanggung jawab dalam kementerian pendidikan di semua negara bagian yang bekerja sama erat dengan polisi dan pengadilan dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan posisi Islamis dan ancaman serta tindakan kekerasan yang terkait di sekolah."

Guru bergumul sendirian mencari solusi

Namun dalam praktiknya, banyak guru yang harus bergumul sendiri setiap harinya, sampai sejauh mana batas toleransi beragama dilampaui dan apa konsekuensinya. Bukankah desakan tersedianya makanan halal juga tak jauh berbeda dengan desakan atas kebutuhan makanan untuk anak-anak dari keluarga vegan? Apakah jilbab bagian dari identitas budaya siswa sekolah dasar berusia sembilan tahun atau dia memakainya karena paksaan? Jika ternyata anak perempuan itu dipaksa mengenakannya, apa yang harus dilakukan?