Logo DW

Pandemi Corona Masih Parah, Eropa Ubah Tradisi Perayaan Natal

picture-alliance/dpa/S. Gollnow
picture-alliance/dpa/S. Gollnow
Sumber :
  • dw

Di kebanyakan gereja lain, jumlah misa Natal ditambah, sementara jumlah peserta untuk masing-masing misa dibatasi. Di gereja-gereja Protestan, misa hanya berlangsung selama setengah jam, dan digelar secara bersamaan di dalam dan di halaman luar gereja.

Peringatan dari Uni Eropa

Pelonggaran protokol pandemi selama masa Adven mengundang kritik dari Uni Eropa. Komisi Eropa mengimbau pemerintah negara anggota untuk mengkaji ulang kelonggaran yang sudah diberikan. Kritik tersebut terutama diarahkan kepada Jerman, di mana pembatasan sosial diserahkan kepada masing-masing negara bagian.

“Ini bukan waktunya melonggarkan pembatasan sosial,” kata Direktur Badan Pengawas Wabah Eropa (ECDC), Andea Ammon. Dalam sebuah rapat virtual dengan menteri kesehatan Uni Eropa, dia mewanti-wanti bahwa laju infeksi “akan memburuk,” ketika Eropa sedang mencatat penurunan angka penularan secara umum.

Lembaganya menganjurkan agar pemerintah menggunakan prinsip “gelembung keluarga,” di mana hari-hari raya keagamaan hanya dimeriahkan oleh anggota keluarga yang sama. Namun usulan ini ditolak Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn, yang mengritik paradigma wabah, “bahwa semua harus dipaksakan pemerintah pusat.”

Pendekatan Jerman yang menyerahkan tanggungjawab kembali kepada pemerintah negara bagian, juga disikap gereja sebagai tanggungjawab sendiri. Berbekal pengalaman Paskah, gereja-gereja kini banyak menawarkan misa online dan menerbitkan “liturgi rumah” yang berisi doa dan nyanyian Natal untuk digunakan bersama keluarga.

“Natal tahun ini akan menjadi Natal di masa pandemi corona,” kata Kanselir Angela Merkel. “Tapi Natal ini tidak harus menjadi Natal yang sepi,” imbuhnya.