Logo BBC

Pemerkosaan Sistematis Disebut Terjadi di Kamp Pelatihan Uighur

Wanita Uighur Tursunay Ziawudun. BBC Indonesia
Wanita Uighur Tursunay Ziawudun. BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

"Saya pikir mereka hanya menutup mata. Perintah sudah dikeluarkan untuk menerapkan kebijakan ini dengan sangat tegas, dan itulah yang terjadi."

Hal tersebut membuat "tidak ada pembatasan". "Saya tidak melihat bahwa para pelaku perbuatan ini akan menahan diri".

Berdasarkan pemaparan Ziawudun, para pelaku ini memang tidak mengekang diri.

"Mereka tak hanya memperkosa tetapi juga menggigit seluruh tubuh, saya tidak tahu apakah mereka manusia atau hewan," katanya sambil mengusap air matanya dengan tisu dan terdiam untuk menenangkan diri.

"Mereka tidak menyisakan bagian tubuh, mereka menggigit di mana-mana meninggalkan bekas yang mengerikan. Sangat menjijikkan untuk dilihat.

"Saya sudah mengalaminya tiga kali. Dan bukan hanya satu orang saja yang menyiksa, bukan hanya satu predator. Setiap kali menyiksa, mereka terdiri dari dua atau tiga orang."

Ada seorang perempuan yang tidur di sebelah Ziawudun di dalam sel, yang ditahan karena melahirkan terlalu banyak anak. Dia menghilang selama tiga hari dan ketika dia kembali tubuhnya dipenuhi dengan bekas luka yang sama, kata Ziawudun.

"Dia sampai tidak bisa berkata apapun, dia memeluk saya dan menangis tersedu-sedu."

Pemerintah China tidak menanggapi langsung pertanyaan dari BBC tentang tuduhan pemerkosaan dan penyiksaan. Dalam sebuah pernyataan, seorang juru bicara mengatakan kamp-kamp di Xinjiang bukanlah kamp penahanan tetapi "pusat pendidikan dan pelatihan kejuruan".

"Pemerintah China melindungi hak dan kepentingan semua etnis minoritas secara setara," kata juru bicara itu, seraya menambahkan bahwa pemerintah "sangat mementingkan perlindungan hak-hak perempuan".


TZ
BBC
Tursunay Ziawudun bersama seorang pemilik rumahnya di AS yang telah banyak membantunya.

Ziawudun dibebaskan pada Desember 2018 bersama dengan orang lain yang memiliki pasangan atau kerabat di Kazakhstan - perubahan kebijakan yang masih belum sepenuhnya dia pahami.

Negara mengembalikan paspornya dan dia melarikan diri ke Kazakhstan. Kemudian, dengan dukungan dari Uyghur Human Rights Projectr, dia bertolak ke AS.

Dia mengajukan permohonan untuk tinggal di sana. Kini dia tinggal di pinggiran kota yang tenang tidak jauh dari Washington DC bersama pemilik rumah dari komunitas Uighur setempat.

Kedua wanita itu memasak bersama dan berjalan-jalan di sekitar rumah. Saat berada di dalam rumah Ziawudun meredupkan nyala lampu karena ketika di kamp tahanan dia disoroti lampu terang.

Seminggu setelah dia tiba di AS, dia menjalani operasi pengangkatan rahimnya - akibat diinjak-injak di kamp. "Saya kehilangan kesempatan untuk menjadi seorang ibu," katanya. Dia ingin suaminya ikut dengannya di AS. Untuk saat ini, dia berada di Kazakhstan.

Beberapa saat setelah dibebaskan, sebelum dia bisa kabur, Ziawudun menunggu di Xinjiang. Dia melihat yang lainnya sudah dibebaskan. Dia melihat pengaruh kebijakan itu terhadap rakyat. Tingkat kelahiran di Xinjiang anjlok dalam beberapa tahun terakhir, menurut penelitian independen - efek yang oleh para analis digambarkan sebagai "genosida demografis".

Banyak yang kecanduan alkohol, kata Ziawudun. Beberapa kali, dia melihat bekas teman satu selnya pingsan di jalan, perempuan muda yang diambil dari sel pada malam pertama, yang berteriak di ruang sebelah.

Perempuan itu sudah kecanduan alkohol, kata Ziawudun - dia "seperti orang yang hidup segan dan habis oleh perkosaan".

"Mereka mengatakan orang-orang dibebaskan, tapi menurut saya semua orang yang meninggalkan kamp itu sudah habis."

Dan itu, katanya, memang sudah direncanakan. Pengawasan, penahanan, indoktrinasi, dehumanisasi, sterilisasi, penyiksaan, pemerkosaan.

"Tujuannya menghancurkan semua orang. Dan semua orang tahu itu."

Foto-foto karya Hannah Long-Higgins