Logo ABC

Novel Intan Paramaditha Masuk Nominasi Buku Terbaik di Australia

Novel karya penulis berlatar-belakang Asia SL Lim dan Intan Paramaditha serta kumpulan cerpen Elizabeth Tan masuk dalam daftar panjang penerima penghargaan buku terbaik di Australia, Stella Prize.
Novel karya penulis berlatar-belakang Asia SL Lim dan Intan Paramaditha serta kumpulan cerpen Elizabeth Tan masuk dalam daftar panjang penerima penghargaan buku terbaik di Australia, Stella Prize.
Sumber :
  • abc

Saat ini Intan tinggal di Sydney dan mengajar Kajian Media dan Film di Macquarie University.

Rasa diterima bisa ditarik kapan saja

Penulis lain yang karyanya masuk daftar panjang, Elizabeth Tan, menjelaskan koleksi cerpennya, Smart Ovens for Lonely People, menyerupai ruangan terarium - merujuk ke salah satu adegan dalam buku tersebut.

Cerita-ceritanya "berakar pada sesuatu yang dapat dikenali dan akrab, sesuatu yang terhubung dengan realitas kontemporer, tetapi telah terbentang ke arah yang aneh dan tidak nyata," katanya.

El Tan.jpg Elizabeth Tan menjelaskan kumpulan cerpennya ditulis selama 10 tahun fokus pada hal-hal yang sekilas.

Kiriman: Leah Jing McIntosh

Orangtua Elizabeth berasal dari Singapura namun dia serta saudara-saudaranya lahir di Perth.

"Saya selalu merasa bahwa hubungan saya dengan warisan budaya saya lemah," katanya.

"Saya pikir karena berasal dari latar-belakang migran, saya cepat menyadari perlunya berusaha lebih keras agar bentuk diri saya tepat untuk diterima (oleh masyarakat luas)," ujarnya.

"Namun saya juga menyadari betapa rasa diterima itu adalah permadani sewaktu-waktu dapat ditarik dari saya," kata Elizabeth.

"Saya merasakannya di tahun 90-an ketika seorang teman kulit putih menyampaikan bahwa orangtuanya memilih (partai poitik) One Nation. Saya merasakannya kembali di tahun pandemi ini, mendengar cerita sikap permusuhan di supermarket, orang Asia diludahi, coretan di garasi," ujarnya.

Partai One Nation di Australia merupakan parpol yang kerapkali menyuarakan sikap anti imigran dan anti Muslim.

Elizabeth mengaku pola pikir semacam ini membentuk pendekatan awalnya dalam menulis, bahwa dia sering mencari jawaban yang "benar", serta rasa diterima.