Kutip Microsoft soal Keadaban Digital RI Terburuk di Asia Pasifik, Bamsoet Ingatkan Bahaya Hoaks

Bambang Soesatyo
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Jakarta – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai informasi-infromasi hoaks menjelang Pemilu 2024. Menurut Bamsoet, informasi ini penting agar Pemilu tidak bergeser menjadi bencana dan konflik horizontal.

KPU Penuhi Hanya Dua dari Enam Permohonan ICW terkait Transparansi Sirekap

Bamsoet meyakini ada saja segelintir pihak yang memanfaatkan momentum pemilu untuk menyebarkan hoaks dan memecah belah bangsa demi kepentingan kekuasaan golongannya saja.

"Kerentanan penyebaran hoaks selama proses penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 melalui media sosial patut diwaspadai. Mengingat tingginya tingkat penetrasi internet di Tanah Air," kata Bamsoet dalam keterangan e tertulisnya, Jumat, 21 Juli 2023.

Ilustrasi informasi hoax tersebar di media sosial.

Photo :
  • U-Report
Istri Dituduh Korupsi, PM Spanyol Bakal Umumkan Putusan Pengunduran Dirinya Hari Ini

Politikus Partai Golkar itu menuturkan bahwa tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 78,2 persen atau menyentuh angka 215,6 jiwa hingga awal Maret 2023 sebagaimana data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).

DKPP Ungkap Laporan Pelanggaran Pemilu 2024 Terbanyak dari Provinsi Papua


Sementara berdasarkan laporan hasil survei We are Social, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia mencapai 167 juta orang atau 60,4 persen dari populasi dalam negeri pada Januari 2023.

Karena itu, kata Bamsoet, tingginya penetrasi internet dan pengguna media sosial harus diimbangi pula dengan keadaban digital.

"Ironisnya, dari laporan hasil survei Microsoft bertajuk Digital Civility Index (Indeks Keadaban Digital) tahun 2020 yang dirilis Februari 2021, Indonesia menempati urutan 29 dari 32 negara yang disurvei, atau yang 'terburuk' untuk kawasan Asia Pasifik," ujarnya.

Ilustrasi logo parpol peserta Pemilu 2024.

Photo :
  • Dok. VIVA


Bamsoet juga mendorong agar masyarakat di Tanah Air senantiasa merawat persatuan dan kesatuan agar tidak mudah diadu domba dan dipecah belah. Indonesia harus berkaca pada politik adu domba (devide et impera) yang dilancarkan penjajah dahulu untuk menguasai rempah-rempah di Tanah Air.

"Dengan jumlah penduduk lebih dari 273 juta jiwa, terdiri dari 1.340 suku yang memiliki 733 bahasa, serta menganut 6 agama serta puluhan aliran kepercayaan, menjadi faktor sosiologis yang menempatkan tingkat heterogenitas bangsa kita sangat tinggi,"ujarnya.

Bukan hanya itu, menurutnya, bangsa Indonesia bahkan tetap menjadi rebutan hingga sekarang lantaran memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat besar.


"Ditambah posisi geografis yang strategis dalam lalu lintas kemaritiman, telah menempatkan kita sebagai magnet bagi berbagai kepentingan global sekaligus menempatkan kita pada posisi yang rentan dari ancaman perpecahan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya