Logo BBC

Penyebab Sebagian Orang Tidak Suka Cuci Tangan, Padahal Lagi Corona

Ilustrasi cuci tangan/hand sanitizer.
Ilustrasi cuci tangan/hand sanitizer.
Sumber :
  • Freepik/freepik

Hati-hati dengan optimisme

Salah satu faktor yang diduga berpengaruh adalah optimisme. "Bias optimisme" adalah keyakinan bahwa hal-hal buruk lebih kecil kemungkinannya terjadi pada diri kita daripada orang lain.

Pandangan positif yang irasional ini bersifat universal - ditemukan di beragam kebudayaan manusia dan lintas demografi seperti gender dan usia.

Ia membuat kita keliru dalam menghitung peluang kita dalam berbagai peristiwa yang tidak menyenangkan, mulai dari terkena kanker sampai bercerai.

Jenis delusi ini mungkin punya andil dalam kebiasaan buruk seperti merokok, atau mengapa banyak orang memilih kartu kredit yang akhirnya membuat mereka rugi.

Man wearing face goggles smoking a cigarette
Getty Images
Keyakinan bahwa hal buruk tidak akan terjadi pada kita bisa jadi merupakan salah satu penyebab kebiasaan-kebiasaan buruk seperti merokok.

Ia juga bisa membuat sebagian orang tidak mencuci tangan mereka. Bias optimisme bahkan ditemukan di kalangan calon perawat, yang cenderung menaksir tinggi pengetahuan mereka tentang praktik kebersihan tangan yang baik; dan orang-orang yang menangani makanan dalam pekerjaan mereka, yang selalu menganggap remeh risiko menyebabkan keracunan makanan bagi orang lain.

Pentingnya norma sosial

Petunjuk besar akan pentingnya psikologi dalam mencuci tangan bisa dilihat dalam beragam praktik kebersihan dalam berbagai kebudayaan di seluruh dunia.

Dalam satu penelitian di Prancis, 64.002 orang dari 63 negara ditanyai apakah mereka setuju dengan pernyataan "mencuci tangan pakai sabun setelah menggunakan toilet adalah hal yang Anda lakukan secara otomatis".

Kurang dari setengah responden dari China, Jepang, Korea Selatan, dan Belanda setuju. Sementara itu, negara dengan tingkat cuci tangan paling tinggi adalah Arab Saudi, dengan 97% responden dari sana mengatakan mereka terbiasa mencuci tangan mereka pakai sabun.

Anak-anak di India dalam upacara mencuci tangan.
Getty Images
Berbagai penelitian menunjukkan perempuan lebih cenderung mencuci tangan mereka dibandingkan laki-laki.

Bahkan di dalam satu negara, tidak semua dari kita bersalah dalam kejahatan terhadap kebersihan. Contohnya, berbagai studi secara konsisten menunjukkan bahwa perempuan jauh lebih rajin mencuci tangan daripada laki-laki; dalam salah satu penelitiannya, Aunger menemukan bahwa perempuan dua kali lebih mungkin untuk mencuci tangan di toilet-toilet jalan raya di Inggris.

Tren ini bahkan berlanjut hingga pandemi COVID-19, dengan satu jajak pendapat baru-baru ini menemukan bahwa 65 persen perempuan dan 52 persen laki-laki mengatakan mereka mencuci tangan secara rutin.

Aunger menjelaskan bahwa variasi dalam kebiasaan mencuci tangan mungkin disebabkan oleh norma sosial.