Logo ABC

Curhat Ilmuwan Indonesia Hadapi Hoax, Kadang-kadang Capek juga

Peneliti meriset pembuatan vaksin Merah Putih di salah satu laboratorium PT Bio Farma (Persero), Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020).
Peneliti meriset pembuatan vaksin Merah Putih di salah satu laboratorium PT Bio Farma (Persero), Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020).
Sumber :
  • abc

Supplied: Koleksi Pribadi

Namun, bukan berarti ilmuwan juga tidak punya kelemahan yang harus diperbaiki.

Menurut Rodri dalam konteks spesifik pandemi mengatakan, ilmuwan Indonesia juga harus membiasakan berkomunikasi di publik.

"Banyak ilmuwan yang tidak bisa menjelaskan dengan [bahasa] yang mudah dipahami oleh publik."

"Di media sosial saya melihat banyak dokter yang juga frustrasi di-challenge oleh sekelompok orang yang padahal [pertanyaannya] bisa saya dijawab, tapi karena sudah frustrasi duluan akhirnya mundur ke posisi "ya kamu baca lagi deh", begitu," kata Rodri.

Menurut Ilham, kemampuan komunikasi publik ini tidak dimiliki sebagian besar ilmuwan karena sebelum pandemi ada "jarak" antara media dan ilmuwan.

"Dan setelah COVID-19 ini, ilmuwan menjadi narasumber utama yang tidak jarang gagal mengkomunikasikan apa yang ada di pikirannya."

"Contohnya soal inovasi Genose tempo hari. Kita lihat bagaimana hasil wawancara Prof Kuwat dan teman-teman Lokadata. Itu kan bukan media yang abal-abal, kok bisa seperti itu hasilnya,"kata Ilham menyayangkan.

Namun, Ilham juga mengapresiasi beberapa ilmuwan yang belajar dengan cepat beradaptasi menjadi edukator awam yang mampu menjelaskan fakta ilmiah dalam bahasa populer.

"Ada dr Dicky Budiman, ada Dr Ines Atmosukarto, misalnya, yang dulu mungkin hanya di laboratorium, namun kini tampil ke publik."