Strategi 'Babak Belur' Rusia Bikin Ukraina Terkapar

Perang hibrida ala Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sumber :
  • National Review

VIVA – Rusia sukses membuat Ukraina kalang kabut. Bukan karena mengirim pasukan dan persenjataan seperti yang terus digembar-gembor Amerika Serikat (AS) dan Sekutunya NATO, tapi perang hibrida.

Warga Tanjung Priok Ikat Maling Motor di Tiang Lalu Digebuki hingga Babak Belur

Serangan siber hingga kampanye disinformasi online. Itu adalah perang hibrida yang digeber Rusia untuk membuat Ukraina takluk. Tidak lagi mengandalkan perang gaya konvensional.

Pakar Eropa Timur dari Institut Sains dan Politik di Berlin, Jerman, Margarete Klein, menyebutnya sebagai strategi babak belur, karena yang mengaburkan batasan antara damai dan konflik bersenjata.

AS Ketar-ketir Sama Rusia

Paduan antara perang konvensional dan serangan siber yang disertai gelombang disinformasi merupakan bagian dari strategi perang hibrida yang dilancarkan Rusia di Ukraina sejak delapan tahun terakhir.

Konflik asimetris biasanya berkecamuk dalam senyap, di luar perhatian dunia. Namun bagi warga Ukraina, perang sudah menjadi makanan sehari-hari.

PLTN Akan Dibangun di Bulan

"Dalam prinsip perang hibrida, cara-cara nirmiliter adalah kuncinya," ungkap Klein, seperti dikutip dari situs Deutsche Welle, Senin, 21 Februari 2022.

Tujuannya, lanjut dia, bukan untuk merebut sebuah wilayah teritorial, melainkan mengamankan pengaruh.

Demonstrasi kekuatan militer seperti mobilisasi pasukan, latihan militer di Belarusia, atau juga komunikasi yang terkoordinasi adalah bagian dari 'katalog yang lebih luas'.

Menurutnya, strategi perang hibrida diarahkan untuk 'mendikte narasi'. Presiden Rusia Vladimir Putin, di mata Klein, sangat menguasai tata cara perang asimetris secara mendalam.

"Yang digunakan adalah strategi babak belur, di mana mereka berusaha menekan diskursus politik dalam negeri di Ukraina dengan tujuan membelokkan haluan ke arah lebih pro-Rusia. Sasaran lain adalah menciptakan rasa lelah di Barat terhadap isu Ukraina," tegas Klein.

Sebagai informasi, Kementerian Pertahanan dan dua bank terbesar di Ukraina, PrivatBank dan Oshadbank, menjadi korban serangan siber. Untuk beberapa lama, nasabah tidak bisa menggunakan kartu atau sistem perbankan online pada pekan lalu.

Insiden tersebut terjadi ketika senjata artileri dilaporkan menyalak di sekitar kawasan pemberontak di Luhansk dan Doneszk. Pada saat yang sama, Parlemen Rusia berencana memberi pengakuan resmi terhadap republik bentukan pemberontak di timur Ukraina.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya