Mencari Akar Masalah Kekerasan yang Terjadi Saat Masih Pacaran

Ilustrasi pacaran.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Batas antara tanda cinta dan  posesif seringkali sangat tipis. Hal ini yang kadang membuat banyak pasangan tidak sadar terjebak dalam hubungan tidak sehat yang di dalamnya muncul kekerasan.

Rizky Irmansyah Belum Minta Maaf, Nikita Mirzani: Harusnya Dia Bersyukur Dapet Gue

Menurut data UN Women, satu dari tiga perempuan di seluruh dunia pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual. Sebagian besar pelakunya bukan orang jauh, melainkan pasangannya sendiri.

Data tersebut hanya data di permukaan. Hingga saat ini masih banyak kasus kekerasan dalam hubungan, terutama dalam pacaran yang sering tidak terungkap. Tapi, apa sebenarnya akar dari kekerasan dalam pasangan?

Ngaku Alami Kekerasan dari Mantan Pacar, Ternyata Ini Alasan Nikita Mirzani Gak Lapor Polisi

"Salah satu akarnya itu bentuk budaya yang meromantisasi kekerasan. Bahkan hal-hal itu telah ditanamkan sejak kita masih kecil," ucap Co-Director Hollaback! Jakarta, Anindya Restuviani, di Jakarta, Rabu 27 November 2019.

Baca juga: Sebelum Nikah, Pasangan Calon Pengantin Dianjurkan Vaksin HPV

Bocah 8 Tahun di Samarinda Disiksa Ibu dan Ayah Tiri

Perempuan yang akrab disapa Vivi itu mengatakan, sejak kecil anak telah diajarkan peran-peran sosial berdasarkan gendernya. Seperti misalnya saja laki-laki harus mampu selalu terlihat maskulin, sedang perempuan mesti terlihat feminin.

Oleh karena itu, lanjut Vivi, untuk mengurangi kekerasan terhadap perempuan, tidak cukup hanya meminta perempuan untuk menghindarinya. Tetapi, perlu mengubah cara pandang masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan.

"Ini pula yang terlihat dalam film Posesif tadi, itu yg menjadi dasar-dasar kekerasan terhadap perempuan. Akarnya memang bagaimana masyarakat diajarkan harus begini, dan begitu tidak ada batasan private space, persetujuan perilaku antara orang lain sangat bias," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya