Nasionalisme Anak-anak Berada di Lampu Merah, Tak Kenal Lagu Daerah Lebih Kenal K-Pop 

Ketua Museum Musik Indonesia, Ratna Sakti Wulandari dan Humas Museum Musik Indonesia, Abdul Malik
Sumber :
  • VIVA/ Uki Rama/ Malang

MALANG – Museum Musik Indonesia (MMI) melakukan suvei secara acak pada anak-anak berusia Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) tentang pengetahuan lagu-lagu daerah di Indonesia. 

Festival Pameran K-Pop Terbesar Siap Digelar 45 Hari! Musik, Film, Merchandise Ada di Sini

Survei ini dilakukan pada momen Car Free Day di Jalan Ijen Kota Malang beberapa waktu lalu. Secara acak pengurus MMI mempertanyakan sejumlah kuisioner pada anak-anak tentang pengetahuan lagu daerah. 

"Hasilnya mereka banyak yang tidak mengenal lagu-lagu daerah. Ada yang menjawab tahu, tapi lupa. Ada pula yang menjawab sama sekali tidak tahu. Ini mengkhawatirkan, karena mereka lebih suka lagu Korea atau K-Pop dan lagu barat," kata Ketua Museum Musik Indonesia, Ratna Sakti Wulandari, Rabu, 16 Agustus 2023. 

Proyek Bangun Masjid Mantan K-Pop Daud Kim di Incheon: Kontroversi Memanas, Warga Menolak!

Atas keperihatinan itu, Museum Musik Indonesia berupaya kembali memperkenalkan lagu daerah pada anak-anak berusia SD dan SMP. Mereka akan menggelar lomba bernyanyi lagu-lagu daerah sebagai benteng mempertahankan lagu daerah agar tidak tergerus oleh zaman.

Menteri Basuki: ASN Pindah ke IKN Usai Upacara 17 Agustus

Lomba menyanyi lagu daerah digelar untuk anak-anak berusia SD dan SMP dengan 10 lagu daerah yang telah ditentukan. Pendaftaran lomba dibuka sejak 18 Agustus. Kemudian babak penyisihan dimulai pada 20 hingga 22 Agustus dan babak Final pada 25 Agustus 2023. Lomba ini digelar di Kota Malang.

"Ini adalah upayanya untuk kembali mengenalkan lagu daerah. Kita ingin kembali menyadarkan Sekolah bahwa lagu daerah kita ini banyak. Kita ini kaya kebudayaan, kita harus memperkenalkan kembali itu agar semakin masif," ujar wanita yang akrab disapa Nana itu. 

Sementara itu, Humas Museum Musik Indonesia, Abdul Malik mengatakan bahwa sejumlah platform media sosial seperti Tiktok misalnya lebih banyak memuat lagu-lagu barat atau Korea. Bahkan, ironisnya mayoritas adalah lagu-lagu orang dewasa dengan unsur percintaan. 

Museum Musik Indonesia sebagai lembaga yang bertugas memberikan edukasi dan wawasan merasa mempunyai tanggungjawab menjaga lagu-lagu daerah agar tidak punah. 

"Di Tiktok ada banyak lagu tapi bukan lagu daerah. Ada lagu daerah tapi tidak terlalu banyak. Kita harus memasifkan itu di Tiktok itu adalah salah satu cara untuk memasifkan," tutur Malik. 

Merujuk pada hasil survei, Malik menyebut nasionalisme anak-anak muda Indonesia berada di lampu merah atau memprihatinkan. Memang survei yang mereka lakukan sebatas lagu daerah. Namun pengetahuan soal lagu daerah menjadi tolak ukur awal betapa rapuhnya posisi lagu daerah di era digital. 

"Nasionalisme anak-anak itu di lampu merah. Kita ingin mengajak sekolah untuk kembali memasifkan lagu-lagu daerah. Karena lagu-lagu daerah ini adalah kekayaan bangsa kita," kata Malik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya