Merasakan Langsung Salat Berjamaah di Masjid Hagia Sophia Turki, Begini Sensasinya!

Hagia Sophia di Istanbul, Turki.
Sumber :
  • VIVA/Sumiyati.

ISTANBUL – Masjid Hagia Sophia yang berada di Instanbul, Turki, tentu sudah tidak asing di telinga. Bangunan ikonik berusia 1500 tahun itu, sempat ramai jadi perbincangan setelah dialihfungsikan kembali menjadi masjid, usai 86 tahun dijadikan museum.

KPK Segera Eksekusi Bupati Mimika Omaleng Usai Vonis Bebasnya Dianulir MA

Masjid menakjubkan yang dibangun dengan teknologi abad ke-6 itu, memiliki tinggi mencapai 54 meter dan diameter 32,5 meter. Belum lagi ditambah dengan arsitekturnya yang bakal membuat siapa saja berdecak kagum. Enggak heran, jika masjid ini menjadi salah satu landmark paling terkenal dan ikonik di Istanbul. Yuk, scroll untuk mengetahui informasi selengkapnya.

Ya, bisa merasakan beribadah langsung di masjid bersejarah ini tentu saja menjadi impian banyak orang. Termasuk VIVA yang diberi kesempatan oleh Turkiye Tourism Promotion and Development Agency (TGA) dan Turkish Airlines (Indonesia) untuk berkunjung ke sana. 

Benteng Vredeburg Yogyakarta Direvitalisasi, Bakal Ada Wisata Malam

Bagian dalam masjid Hagia Sophia di Istanbul, Turki.

Photo :
  • VIVA/Sumiyati.

Datang tepat saat memasuki waktu salat Zuhur, VIVA tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk merasakan langsung salat berjamaah di masjid yang bisa menampung hingga 6000 jamaah ini.

Punya Banyak Proyek Properti di Bandung Raya, APLN Pede Kuasai Pasar Jawa Barat

Berdiri di shaf wanita, awalnya sempat merasa bingung karena tempat wudhu yang  tidak terlihat oleh mata karena saking besarnya bangunan masjid ini. Setelah bertanya-tanya, rupanya tempat wudhu berada jauh di luar masjid. 

Usai Azan berkumandang, para jamaah lantas berdiri untuk menunaikan salat sunnah qobliyah. Berbeda dengan Indonesia yang umumnya hanya mengerjakan 2 rakaat salat sunnah, jamaah Turki mengerjakannya sampai 4 rakaat, hingga sempat membuat saya mengira bahwa mereka sudah mengerjakan salat Zuhur. 

Ada jeda yang cukup lama sebelum akhirnya salat Zuhur berjamaah dimulai. Semua jamaah pun berdiri dan mengikuti salat jamaah dengan khusyuk hingga selesai. 

Ada beberapa perbedaan tradisi antara Turki dan Indonesia perihal ibadah. Pertama, kami sempat takjub karena wudhu dilakukan sambil duduk, sementara tisu disediakan di sebelahnya untuk mengelap kaki, karena mereka tidak menyediakan sandal seperti di Indonesia. Kemudian, hanya kami pewarta dari Indonesia yang mengenakan mukena, sementara orang Turki hanya mengenakan pakaian yang menutupi aurat. 

Hagia Sophia sendiri setiap harinya selalu dipenuhi wisatawan yang ingin menyaksikan langsung masjid ikonik di Kota Istanbul itu. Namun begitu memasuki waktu salat, petugas akan melakukan clear area hingga waktu ibadah selesai. 

Bagian dalam masjid Hagia Sophia di Istanbul, Turki.

Photo :
  • VIVA/Sumiyati.

Ufuk Turan, tour guide dari TGA yang mendampingi kami menceritakan, Hagia Sophia memiliki 9 pintu. Tiga pintu kecil di area kanan dan tiga kecil lainnya di kiri, yang digunakan oleh orang-orang biasa. Sementara paling besar kedua di sebelah kanan dan kiri, digunakan oleh orang-orang yang statusnya lebih tinggi seperti gubernur, panglima atau jenderal. 

“Kalau yang paling besar di tengah, hanya boleh dipakai oleh Kaisar Romawi dan keluarganya. Banyak orang percaya pintu Raja yang paling besar kayunya diambil dari kapal Nabi Nuh, karena kapal ini juga berada di Turki,” jelas Ufuk. 

Memasuki area dalam, bangunan Hagia Sophia ditopang hingga 107 tiang penyangga. Di mana tiang-tiang tersebut diambil dari bangunan lama dari awal masjid ini difungsikan sebagai gereja ketika awal dibangun pada abad ke-6 Masehi, yaitu sekitar 532-537 M. 

“Setiap tiang dihiasi perhiasan yang berbeda-beda. Dinding dilapisi marmer. Marmer sebagian dari Turki sebagian dari Egypt (Mesir),” terang Ufuk. 

Menilik sedikit sejarahnya, Hagia Sophia dibangun oleh Kaisar Justinianus di situs akropolis Kekaisaran Romawi Timur (532-537 M). Awalnya dikenal sebagai Gereja Kebijaksanaan Suci, Hagia Sophia adalah bukti luar biasa atas kecerdikan para arsitek Romawi Timur. 

Babak baru dimulai ketika Sultan Ottoman Mehmed II mengubahnya menjadi masjid dan melukis mozaik emas dan lukisan dinding dengan motif dan pola Islami. Beberapa di antaranya telah ditemukan kembali dan bertahan selama berabad-abad di bawah lapisan lantainya. Sultan juga menambahkan panel besar kaligrafi yang dibuat dengan indah.

Selain itu, empat menara juga ditambahkan pada struktur kubah yang luas pada waktu berbeda. Pada pergantian abad ke-20, masjid ini diubah menjadi museum atas perintah Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Republik Turki, pada tahun 1935 dan tetap demikian selama bertahun-tahun. Pada tahun 2020, Hagia Sophia akhirnya diumumkan kembali sebagai masjid.

Pemandangan kubah Hagia Sophia pun tak kalah menakjubkan. Kubah tengah diletakkan 55,6 m di atas lantai dan ditopang oleh empat segmen segitiga dengan permukaan bola. Hagia Sophia adalah salah satu contoh awal penggunaan 'pendentive' dalam arsitektur. 

Tidak hanya luas dan tampak menakjubkan dari luar, siapa saja akan dibuat takjub ketika melangkah ke dalam. Lukisan dinding kuno dan mozaik berlapis emas turut memperindah masjid ini. Mozaik-mozaik tersebut memunculkan cahaya berkilauan dan mengarahkannya ke panel multi-warna.

Pada tahun 1985, Hagia Sophia masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO. Salah satu tempat suci tertua di dunia, bangunan menakjubkan ini merupakan penghormatan terhadap cita rasa seni dan arsitektur Romawi Timur dan Ottoman.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya