SOROT 494

Pengungkap Aib Facebook

Sorot Facebook - Media Sosial Facebook
Sumber :
  • REUTERS/Philippe Wojazer

VIVA – Selasa pagi, 27 Maret 2018, pukul 08.35 waktu setempat. Ibu kota Inggris, London, terlihat cerah. Kantor Parlemen Inggris di Gedung Westminster tiba-tiba ramai dikerumuni wartawan. Anggota parlemen dari Komisi Digital terlihat berdatangan. Mereka melempar senyum tipis kala memasuki gedung, namun enggan bicara sepatah kata pun.

Taliban Plans to Block Facebook Access in Afghanistan

Tapi, dari situasi dan suasana begitu terasa kalau mereka akan menggelar sidang khusus. Benar saja. Saat semua anggota parlemen di Komisi Digital menempati meja setengah lingkaran di ruang sidang, pria perawakan sedang dengan setelah jas dan dasi memasuki ruang rapat, ungkap stasiun televisi Aljazeera.

Ia berjalan sembari membawa tas hitam di tangan kiri. Ia kemudian duduk di meja yang telah disediakan yang menghadap sekitar 12 orang anggota parlemen.

Taliban Akan Blokir Akses Facebook di Afghanistan

Pria klimis berkacamata dan berambut merah ini adalah Christopher Wylie. Ia adalah sosok yang sangat ditunggu-tunggu, lantaran berani membongkar skandal Facebook dan Cambridge Analytica terkait bocornya data banyak pengguna media sosial itu untuk dimanfaatkan oleh lembaga analisis data tersebut untuk kepentingan politik, terutama Pemilu AS 2016 dan lain-lain. Dan skandal ini tidak dibenarkan oleh hukum

“Sebagai warga negara harus berkewajiban melaporan aktivitas yang melanggar hukum,” kata Wyle saat ditanya anggota Komisi Digital Parlemen Inggris mengapa dia memberanikan diri memberi kesaksian. ”Bukan berarti saya mau bilang ini semua karena Donald Trump, namun Donald Trump lah yang telah membuat benak kita menjadi terganggu sehingga berdampak lebih luas,” ujar Wylie, seperti yang dikutip ABC News.   

Puluhan Pelaku Kejahatan Diciduk Polres Depok, 2 di Antaranya Tega Bacok Korban

Sorot Facebook - Masyarakat pengguna media sosial

Dia memberanikan diri bersaksi di parlemen Inggris untuk mengungkapkan aib yang dilakukan perusahaan tempat dia pernah bekerja, yaitu Cambridge Analytica, yang akhirnya turut menyeret Facebook. Wylie menjadi sorotan setelah pekan sebelumnya dia mengungkapkan kepada harian The Observer asal Inggris dan The New York Times dari AS bahwa Cambridge Analytica menyalahgunakan informasi pribadi dari 50 juta data pengguna Facebook tanpa sepengetahuan mereka lewat aplikasi pihak ketiga.

Wylie, yang keluar dari Cambridge Analytica pada 2014, mengaku khawatir atas dugaan penyalahgunaan data-data itu saat Pemilu Presiden AS 2016, karena kemungkinan digunakan untuk iklan kampanye dengan sasaran para pemilih yang mana profil maupun preferensi politik mereka sudah diketahui sebelumnya. Cara itu tentu saja tidak bisa dibenarkan.

“Menurut saya, operasi informasi bergaya militer itu sesuai dengan proses yang demokratis,” kata Wylie kepada para anggota parlemen Inggris dalam Komisi Digital, yang salah satu tugas mereka adalah menangani informasi palsu di media sosial. Wylie, yang kelahiran Kanada 28 tahun silam ini, bekerja sebagai ahli analisa data lulusan London School of Economics. Menurut sejumlah orang yang mengenalnya, Wylie adalah sosok yang cerdas, lucu, dan jago bercerita. Ia bergabung dengan Cambridge Analytica pada Juni 2013.

Kesaksian Wylie ini lah yang membuat Facebook lagi-lagi menjadi pusat perhatian dunia. Bukan karena prestasi tapi kebobrokannya. Skandal bocornya data 50 juta pengguna di Amerika Serikat, seperti yang diungkapkan Wylie itu telah mencemari reputasi mereka.

Ancaman ditinggalkan penggemar mulai menggema. Kampanye menghapus Facebook terlontar usai skandal bocornya data oleh firma politik asal Inggris, Cambridge Analytica menyeruak ke publik.

“Tangan Kanan” Trump

Tak hanya Wylie yang menjadi sorotan. Menurut The Guardian, ilmuwan data dan guru besar psikolog, Aleksandr Kogan, menjadi tersangka utama dalam kasus penyalahgunaan data terbesar yang terjadi saat ini.

Namun, ia membantah tuduhan tersebut dan menganggap hanya jadi kambing hitam. Pria berusia 32 tahun itu mengatakan, bahwa tidak hanya ia yang menggunakan data profil para pengguna Facebook tapi ribuan developer dan ilmuwan data lainnya.

Mereka diklaim telah melakukan metode yang sama untuk mengumpulkan informasi tentang profil pengguna Facebook. Perusahaan yang salah satu pendirinya Steve Bannon ini mengumpulkan data mulai dari identitas pengguna, jaringan pertemanan hingga 'like' pengguna di Facebook.

Idenya adalah untuk memetakan kepribadian berdasarkan apa yang orang suka di Facebook, dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk menargetkan audiens dengan iklan digital. Empat tahun lalu, periset Cambridge Analytica meminta pengguna untuk melakukan apa yang dinamakan 'kuis kepribadian.'

Sorot Facebook - Cambridge Analityca

Cambridge Analytica mengambil data dan hasil analisisnya untuk digunakan sebagai strategi kampanye politik, salah satunya, untuk memenangkan Donald Trump pada Pemilihan Presiden AS dua tahun lalu. Tak hanya itu, pengguna juga diminta untuk mengunduh aplikasi yang menghapus beberapa informasi pribadi dari profil mereka dan profil teman mereka.

Bannon adalah mantan kepala strategi dan penasihat utama Presiden AS Donald John Trump. Ia adalah otak di balik sejumlah keputusan kontroversi Trump. Keputusan yang dimaksud antara lain pemberlakuan larangan kedatangan warga dari sejumlah negara Islam, plus kebijakan perdagangan dengan China dan negara lain.

Bannon sering bentrok dengan para penasihat Trump terkait perdagangan, perang di Afghanistan, pajak dan imigrasi. Pemilik media Breitbart News itu akhirnya memutuskan mengundurkan diri pada pertengahan Agustus 2017.

Perlindungan data pribadi.

Menerapkan Perlindungan Data Pribadi Bukan Tugas yang Mudah

Menerapkan perlindungan data pribadi bukan tugas yang mudah. Diperlukan banyak faktor untuk mengaktifkannya.

img_title
VIVA.co.id
16 April 2024