Logo DW

Praktik Poligami Kaum Konservatif Jadi Masalah di Iran

fararu.com
fararu.com
Sumber :
  • dw

Awal Oktober 2019, seorang anggota parlemen ultrakonservatif Iran, Ali Motahari, mengatakan dalam sebuah wawancara: "Setelah Perang Dunia II, para lelaki di Jerman diizinkan menikahi hingga empat perempuan. Banyak kaum lelaki Jerman tewas dalam perang dan ada banyak perempuan yang bisa dinikahi." Kenyataannya adalah, poligami dilarang di Jerman dan sejak tahun 1871 pelakunya bisa dijatuhi hukuman.

Undang Undang Keluarga keluaran tahun 1974 yang hingga kini masih berlaku di Iran, juga peraturan dari masa pemerintahan Shah, masih mengizinkan lelaki dalam kondisi tertentu untuk menikahi istri kedua. Namun, poligami tidak disukai di Iran, kata pengacara terkemuka, Farideh Gheyrat.

"Motahari secara persis tahu akan hal ini. Sejauh yang kami tahu, ia sendiri hidup monogami," ujar Gheyrat dalam percakapan telepon dengan Deutsche Welle di Teheran. Dia menambahkan, "Pemimpin revolusioner Ayatollah Khomeini juga memilih monogami, seperti halnya penerusnya Ayatollah Khamenei. Inisiatif aneh ini, yang mempromosikan poligami di Iran, tidak memiliki peluang."

'Bantuan' bagi perempuan dalam kesulitan

Perdebatan sengit tentang poligami telah berkembang di Iran. Motahari adalah satu dari sedikit politisi yang berpartisipasi di dalamnya. Sebelum pemilihan parlemen pada Maret 2020, politisi berpengaruh ini tampaknya sedang berada di jalur bunuh diri politik.

Sebagian besar masyarakat Iran marah. "Lokakarya Poligami" yang ditawarkan oleh "Institut Promosi Nilai-Nilai Keagamaan" di Qom bagi para lelaki dan perempuan yang ingin belajar hidup berpoligami telah berakhir dengan gagal.

Anggota parlemen yang cukup berpengaruh seperti Ali Motahari dan sebagian dari kalangan konservatif di Iran kini bekerja untuk memastikan bahwa pria kaya, khususnya, dapat memiliki banyak istri.