Logo BBC

Panti Sosial dan Rumah Sakit Jiwa Jadi Klaster Baru COVID-19

BBC Indonesia
BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Perawat sekaligus penanggung jawab isolasi Meranti, Nasaruddin, menuturkan kebanyakan pasien psikososial yang terkonfirmasi positif Covid-19, tak menunjukkan gejala, atau kerap disebut orang tanpa gejala (OTG).

"Untuk psikososial pasien jiwa ini memang rata-rata OTG, tapi ada juga yang masih demam, batuk rata-rata karena memang gejala-gejala dari covid itu demam, batuk," ujar Nasaruddin kepada wartawan Darul Amri yang melaporkan untuk BBC Indonesia dari Makassar.

Bagi pasien yang menunjukkan gejala atau memang memiliki masalah fisik lainnya, kata Nasaruddin pihak rumah sakit memberikan fasilitas "sesuai kebutuhan fisik" mereka.

"Jadi kita kasih penanganan infus, pemasangan oksigen kalau misalnya dia sesak kita kasih oksigen," kata dia.

Nasaruddin yang telah lama berjibaku menangani pasien dengan disabilitas mental mengaku tak sulit menangani pasien disabilitas mental yang positif virus corona, yang disebutnya "kooperatif" tersebut.

"Jadi kalau kita edukasi untuk dia tidak kontak dengan temannya yang tidak terkonfirmasi, dia ikut aturan karena di ruangan besar itu selain ada ruangan yang terkonfirmasi positif," jelas Nasaruddin.

Edukasi, lanjutnya, juga diberikan pada pasien ODGJ yang tidak terpapar virus corona, demi memutus mata rantai penularan COVID-19 di rumah sakit itu.

"Kita pisahkan dan kita kasih pengertian edukasi ke mereka supaya tidak berkeliaran dan tidak kontak dengan temannya," cetus Nasaruddin.

Walau demikian, Direktur RSKD Dadi Makassar, dr Aman Bausat menjelaskan kendala sulitnya memberikan pemahaman pada para pasien tentang bahaya virus corona.

"Orang ODGJ itu kan yang bermasalah kan mentalnya bukan fisiknya, mentalnya yang bermasalah jadi waktu dia kena penyakit fisik, virus itu kan [menyerang] fisik, ini kan orangnya mentalnya sudah susah di kontrol."

"Jadi apapun kita edukasi, kadang-kadang penerimaannya mungkin tidak bisa maksimal tetapi ada program edukasi, diingatkan jaga kebersihan, cuci tangan tapi kan yang bermasalah ini mentalnya," jelas Aman.

Lebih lanjut, Aman memastikan penambahan kasus COVID-19 di bangsal khusus ODGJ sudah terhenti, ditunjukkan dengan tren penurunan kasus yang sudah terjadi.

"Karena dari 91 tinggal 68 artinya ada pasien OTG dianggap sudah sembuh kemudian penambahan kasus untuk jiwa berkurang," jelas Aman.

Ia menjelaskan penyebab ditemukannya kasus Covid-19 di antara penyandang disabilitas mental di rumah sakit itu karena ketika menerima pasien ODGJ yang dirujuk ke RS Dadi, hanya berbekal hasil tes cepat (rapid test) yang keakuratannya dipertanyakan.

"Rapid-nya negatif kita terima tapi kan kita tahu rapid test zaman dulu kan antibodi-kan sensitivitasnya terbatas, banyak yang rapid-nya negatif ternyata positif SWAB-nya, itu yang membawa," kata Aman

Ketika kasus Covid-19 di bangsal khusus ODGJ mulau meningkat, ia kemudian menginstruksikan melakukan tes PCR (polymerase chain reaction).

"Setelah kami tracing langsung kami pisahkan, pilah-pilah yang positif di gedung tertentu, yang negatif sendiri, itu saja," jelas Aman.