Logo BBC

Kisah Huawei, Perusahaan Kontroversial yang Dituduh jadi Mata-mata RRC

Pendiri sekaligus pemimpin Huawei, Ren Zhengfei - BBC
Pendiri sekaligus pemimpin Huawei, Ren Zhengfei - BBC
Sumber :
  • bbc

Sebuah perusahaan keamanan melaporkan adanya lonjakan pertanyaan oleh klien mereka dari pihak pemerintahan di Asia terkait Huawei.

"Beberapa di antara mereka menanyakan kepada kami apakah kekhawatiran mereka terhadap Huawei beralasan," ujar seorang pengamat yang tak mau diketahui identitasnya, yang mengonsultasi sejumlah pemerintahan negara di Asia.

Ren optimistis terkait kekhawatiran tersebut.

"Bagi negara yang percaya mereka (yang mencurigai Huawei), kami akan menahan diri," tuturnya. "Bagi negara yang merasa Huawei dapat dipercaya, kami akan bergerak sedikit lebih cepat. Dunia itu sangat luas. Kami tak bisa menggapai semuanya."

Namun ini bukan hanya sekedar tentang satu perusahaan atau satu CEO dan keluarganya.

Semakin ke sini, hal ini dianggap sebagai pertarungan antara dua kekuasaan dunia, dan yang mana kah yang akan menguasai masa depan.

Pada masa-masa awal China mulai terbuka, presiden-presiden AS seperti George HW Bush mendukung manfaat terjalinnya kerjasama.

"Tak ada negara di planet bumi yang telah menemukan cara untuk mengimpor komoditas dan servis dari dunia sambil menghentikan gagasan asing di perbatasan," ujar Bush dalam pidatonya tahun 1991 lalu.

"Persis seperti gagasan demokrat yang telah mengubah banyak negeri di setiap benua, demikian juga, perubahan mau tak mau akan terjadi di Cina."


1989: George HW Bush di Beijing - ia mendorong kerjasama ekonomi dengan Cina. - Getty Images

Pemerintahan-pemerintahan AS sebelumnya meyakini bahwa kerjasama ekonomi dengan Cina akan membuat Cina mengikuti jalur yang lebih bebas, lebih liberal.

Tak ada yang menyangkal bahwa Cina membuat langkah luar biasa dalam 40 tahun terakhir. Pereknomian bertumbuh dengan angka tahunan rata-rata 10% selama tiga dekade, membantu mengangkat 800 juta warganya keluar dari jurang kemiskinan. Kini, Cina merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, di bawah AS.

Beberapa pengamat memperkirakan ekonomi China akan melampaui Amerika tahun 2030 mendatang.

Mereka mencapai hal itu sambil menjaga sistem satu-partai dan supermasi Partai Komunis di sana.

Namun kesuksesan mereka menciptakan kekhawatiran bahwa hal ini hanya bisa tercapai dengan kontrol pemerintah yang sangat besar terhadap perusahaan-perusahaan yang ada di sana. Yang ditakutkan, kontrol tersebut dapat digunakan untuk mewujudkan cita-cita Partai Komunis - yang belum jelas apa hingga saat ini.

"Ini adalah pedang bermata dua bagi Cina," ujar Danielle Cave. "(Berkat undang-undang yang ada) Partai Komunis Cina membuat sebenarnya tidak mungkin perusahaan-perusahaan Cina melebarkan sayap mereka tanpa mengundang kecuriagaan yang bisa dipahami."

Di samping itu, Cina kini menjadi lebih otoriter di bawah pemerintahan Xi Jinping.


- Getty Images

"Xi secara sistemik merusak setiap sifat yang sebenarnya membuat Cina sangat berbeda dan membantunya sukses di masa lalu," tulis Jonathan Tepperman, pemimpin redaksi Foreign Policy.

"Upayanya mungkin bisa meningkatkan kekuasaan dan martabatnya dalam jangka pendek dan mengurangi beberapa bentuk korupsi. Sebaliknya, meski demikian, kampanye Xi akan mengakibatkan konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan terhadap negaranya dan dunia."

Namun Ren menyangkal hal itu, dan berkukuh bahwa Cina kini lebih terbuka dibanding sebelumnya.

"Jika pertemuan ini terjadi 30 tahun lalu," ia merujuk pada wawancara ini, "tentu ini sangat berbahaya bagi saya. Kini, saya bisa jujur dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit. Ini menunjukkan bahwa Cina memiliki lingkungan politik yang lebih terbuka."

Ren juga tetap optimistis dengan arah yang dituju Cina di masa depan.


- BBC

"Cina kurang lebih telah mencoba untuk menutup diri dari dunia luar selama 5.000 tahun," ujarnya.

"Namun kita justru miskin, tertinggal dari negara-negara lain. Hanya selama 30 tahun terakhir sejak Deng Xiaoping membuka pintu Cina ke dunia luar, Cina menjadi lebih sejahtera. Untuk itu, Cina harus terus bergerak maju di jalur reformasi dan keterbukaan."

Di salah satu sudut di kampus Huawei yang luas terbentang di kota Shenzen, terhampar sebuah danau buatan. Tampak berenang di sana dua ekor angsa hitam.

Ada kisah yang menceritakan bahwa Ren melepaskan burung-burung di sini untuk mengingatkan kejadian "angsa hitam" - bencana keuangan tak terduga dan amat menghancurkan yang tak mungkin dipersiapkan. Ia menyangkal hal itu dan menyebutnya sebagai mitos urban belaka, namun sulit untuk tidak memikirkan hal tersebut saat melihatnya.

Bagi Huawei, dan Ren, ini semua adalah waktu yang tak pasti untuk menabak apa yang akan terjadi berikutnya.


- BBC