Jordi Amat Ungkap Neneknya Menangis saat Timnas Indonesia Pecundangi Vietnam

Bek Timnas Indonesia, Jordi Amat
Sumber :
  • PSSI

VIVA – Jordi Amat menceritakan momen haru yang ia alami bersama neneknya, Isje Maas-Villanueva saat menyaksikan pertandingan Timnas Indonesia melawan Vietnam di Stadion Gelora Bung Karno, 21 Maret 2024 lalu.

Viral, STY Salami dan Peluk Seluruh Pemain Korsel usai Digilas Timnas Indonesia

Ketika itu, Jordi duduk di tribune bersama neneknya. Jordi tidak bermain lantaran mengalami cedera. Dalam laga itu, Indonesia menang dengan skor 1-0 berkat gol Egy Maulana.

Jordi mengungkapkan, sang nenek menangis saat lagu kebangsaan Indonesia bergema di Stadion GBK. Hal itu karena sang nenek sangat senang dengan keputusannya menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dan memperkuat Timnas Indonesia.

Erick Thohir Beberkan 'Kunci Sukses' Timnas Indonesia ke Media Asing

Meski saya tidak bermain karena cedera, nenek saya menangis,” kata Jordi Amat kepada SPORTbible.

“Dia menangis di setiap pertandingan karena dia sangat bahagia. Dia masih tidak percaya kami berdua ada di sini, di Indonesia,” sambung Jordi Amat.

Media Asing Soroti Suporter Indonesia di Qatar, Sebut Jadi 'Mini Jakarta'

Lebih lanjut, Jordi menceritakan perjuangan neneknya saat masih muda. Isje dibesarkan di Makassar, kota pelabuhan yang terletak di Sulawesi, namun harus pindah ke Eropa saat usia delapan tahun demi menghindari konflik.

Semula Isje mengalami syok besar saat meninggalkan Indonesia untuk pindah ke negara baru. Namun, akhirnya dia bertemu dengan pria bernama Wil Maas di Universitas Tilburg, Belanda.

Isje kemudian hamil di usia 18 tahun dan harus melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Ini merupakan masa-masa sulit bagi Isje remaja. Dia pun dibayangi kasus perceraian yang kala itu marak terjadi.

Namun, takdir berkata lain. Hubungan Isje dan suami berjalan langgeng hingga memiliki cucu, Jordi Amat, yang lahir di di Canet de Mar, wilayah pesisir di Spanyol Utara.

“Itulah yang terjadi pada masa itu. Tradisi Katolik masih sangat kuat saat itu. Tidak ada yang percaya pernikahan itu akan bertahan lama; kami belum lama saling mengenal dan perbedaan budaya serta usia sangat besar," kenang Amat.

“Kami menyaksikan banyak hubungan berakhir akibat perkembangan ekonomi dan ideologi Marxis. Seorang teman sekelas saya yang ahli dalam bidang statistik mengatakan kami memiliki peluang 10 persen untuk tetap menikah selama satu tahun."

"Saya tahu banyak gadis seperti saya yang terpaksa menyerahkan bayinya pada masa itu. Setiap kali saya membaca atau mendengarnya, saya menjadi emosional," lanjutnya.

Lebih lanjut, Jordi menceritakan bahwa dirinya sempat tidak percaya dengan pernyataan neneknya yang menyebut dia adalah keturunan raja dan ia memiliki gelar pangeran.

"Saya baru berusia lima atau enam tahun saat itu dan tidak berpikir dia mengatakan yang sebenarnya. Tapi saya ingat dia bilang, 'Kamu akan lihat nanti kalau kamu sudah dewasa," ucap Jordi.

“Kamu akan datang ke Indonesia bersamaku suatu saat nanti. Saya akhirnya memahami bahwa dia tidak bercanda," kata Jordi Amat.


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya