Rencana Transfer Manchester United Guna Akali Financial Fair Play

Duel Wigan Athletic vs Manchester United
Sumber :
  • AP Photo/Jon Super

Inggris – Manchester United memiliki rencana transfer yang bisa mengakali aturan Financial Fair Play (FFP). Aturan tersebut dipercaya bisa jadi masalah jika tim berjuluk Setan Merah mau mendatangkan pemain dengan nama besar.

Prediksi Pertandingan Premier League: West Ham United vs Liverpool

Karena situasi itulah, kemudian muncul gagasan rencana dari manajemen Manchester United agar tetap bisa mendapatkan pemain dengan nama besar di musim depan. Mereka yang memiliki kontrak tersisa 12 bulan jadi incaran.

Dengan kontrak yang durasinya tersisa sekira setahun, MU yakin harga belinya bakal lebih rendah dari pasaran. Mereka tinggal berupaya meyakinkan sang pemain saja untuk mau teken kontrak.

Legenda Manchester United Ikut Buka Suara Soal Timnas Indonesia, Shin Tae-yong Disebut Sukses

Manchester United

Photo :
  • Twitter: Manchester United

Namun apa yang dilakukan MU ini bisa jadi membuat klub lain marah. Karena untuk melakukan itu, komunikasi langsung dengan sang pemain menjadi kunci, termasuk iming-iming gaji dan bonus.

5 Fakta Mengerikan Jelang Duel Brighton vs Manchester City di Premier League

ESPN melaporkan, sejauh ini aturan FFP Premier League membuat MU gamang untuk bergerak di bursa transfer dengan mengincar pemain dengan nama besar. Karena harganya pasti mahal.

Jika MU nekat untuk membeli pemain incaran dengan harga mahal, buntutnya bisa jadi pelanggaran FFP. Itu bisa berakibat kepada hukuman pengurangan poin di Premier League.

Dengan aturan yang ada, manajemen klub harus ketat dalam melakukan penghitungan. Mereka tidak boleh melewati batas kerugian, karena dampaknya akan tidak enak.

Logo Premier League

Photo :
  • Premierleague.com

Di musim ini, Everton adalah klub Premier League yang mendapatkan masalah karena aturan FFP. Mereka harus menerima hukuman pengurangan 10 poin.

Yang jadi sebab Everton dikurangi poin adalah laporan keuangan mereka sejak musim 2020/2021. Mereka menderita total kerugian lebih dari Rp8,23 triliun dalam lima tahun terakhir.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya