Bisa Sebabkan Depresi, Inilah Mengapa Pasien TBC Butuh Pendampingan Psikologis

Ilustrasi pasien TBC.
Sumber :
  • Dokumentasi IPB

VIVA Lifestyle – Tuberkulosis (TBC) masih menjadi salah satu penyakit menular yang paling mematikan di dunia. Angka penyebaran penyakit ini pun cukup tinggi karena bisa ditularkan kepada anak-anak, orang dewasa, hingga lansia.

Turis Australia Ngeluh Terjangkit DBD di Bali, Menkes Bilang Harusnya Bersyukur

Berdasarkan data dari Global TB Report di tahun 2023, Indonesia menempati urutan ke-2 di dunia setelah India dengan penemuan kasus TBC sebanyak 1.060.000 pasien.

Hal ini lantas menjadikan Indonesia sebagai salah satu high burden country atau negara dengan beban TBC tertinggi. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Kronologi 3 Anggota Keluarga Tercebur ke Sumur, 1 Meninggal Dunia

Risiko penularan penyakit TBC yang bisa membahayakan orang lain ini sering kali membuat para penderitanya merasa kurang percaya diri hingga menutup-nutupi keadaannya.

Tentunya hal ini sangat berpengaruh pada kondisi psikologis seseorang hingga mereka membutuhkan pendampingan psikologis.

Perkembangan Terbaru Pengobatan TBC Resisten Obat, Bikin Cepat Sembuh dengan Obat Ini!

Ilustrasi sistem pernapasan dan paru-paru.

Photo :
  • Pixabay/OpenClipart-Vectors

"Kebutuhan pasien TBC bukan hanya pengobatan secara fisik karena memang tidak mudah bagi orang dengan diagnosa TBC. Jadi dia juga mengalami masalah fisik, psikososial, dan finansial. Hal ini yang kita lihat bahwa pasien membutuhkan pendampingan psikologis," ujar Yulia Tri Haryanti, S.Psi, dari IPK Indonesia, dalam acara Peluncuran Buku Pedoman Kemitraan Percepatan Penanggulangan Tuberkulosis dan Talkshow secara daring, Rabu 3 April 2024.

Ada beberapa tahapan kondisi psikologis yang dihadapi oleh penderita TBC mulai dari waktu awal didiagnosa penyakitnya.

Pertama, mereka cenderung denial atau menyangkal bahwa dirinya menderita penyakit TBC. Sehingga, kebanyakan pasien TBC butuh waktu sampai akhirnya bisa menerima kondisi itu.

Fase berikutnya adalah rasa shock hingga marah yang membuat mereka kesulitan beradaptasi dengan penyakitnya. Kondisi ini apabila dibiarkan tanpa penanganan dari ahlinya akan berakibat pada gangguan psikologis yang lebih serius seperti depresi.

"Ini kalau berlanjut akan menjadi satu gangguan depresi yang akan memberatkan kondisi pasien," paparnya.

Melihat bagaimana darurat kebutuhan pendampingan psikologis terhadap penderita pasien, organisasi profesi IPK Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI menciptakan layanan pendampingan psikososial untuk orang dengan TBC.

"Kami melakukan skrining dan pendampingan oleh komunitas dan nakes. Jadi kita sebagai organisasi profesi IPK Indonesia sudah kerja sama dengan Kemenkes membuat kurikulum dan modul pendampingan psikososial pasien TBC untuk nakes di layanan kesehatan," jelasnya.

Pada dasarnya, para tenaga kesehatan juga harus memahami betul bagaimana kondisi psikologis seseorang dengan TBC ketika mereka mau berobat.

Setidaknya sudah ada sekitar 360 tenaga kesehatan di beberapa wilayah Indonesia yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan yang sudah diberikan pembekalan menangani masalah psikologis pasien TBC.

"Kita sudah menyediakan platform untuk penyintas TBC yang butuh pendampingan psikologis. Mereka bisa cari psikolog di mana, siapa, dan bisa hubungi ke mana," kata Yulia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya